BERITA
Bank Khusus Ekspor Diusulkan Jadi Bank Ekspor dan Industri
Ini merupakah salah satu jalan keluar singkat yang bisa dilakukan untuk membiayai pembangunan industri.
AUTHOR / Khusnul Khotimah

KBR, Jakarta- Anggota Komisi Keuangan DPR Airlangga Hartanto mengusulkan agar bank ekspor dapat diubah menjadi bank ekspor dan industri. Ini
merupakah salah satu jalan keluar singkat yang bisa dilakukan untuk membiayai
pembangunan industri sehingga tidak perlu membuat lagi lembaga yang baru dari
awal. Kata Airlangga, dasar hukumnya
sudah ada yakni UU Perindustrian, sementara itu bank khusus ekspor juga sudah
ada.
“Di dunia ini hampir semua bank ekspor itu terkait dengan
industri. Karena itu untuk membantu ekspor. Makanya seperti Jepang proyek MRT
itu mereka dukung Indonesia. Mereka beri kredit. Tapi selain kredit kan ada
syaratnya harus pakai industri Jepang. Memangnya bisa industri MRT ini boleh
pakai uang Jepang tapi barang China? Tidak mungkin, maka ini jadi satu", kata Anggota
Komisi Keuangan DPR , Airlangga Hartanto dalam diskusi bersama KADIN Indonesia
di Jakarta, Selasa ( 5/5/2015).
Sebelumnya Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) mendesak
pemerintah segera merealisasikan lembaga pembiayaan khusus industri sebagaimana
yang diamanatkan oleh UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang perindustrian. KADIN
menilai industri dalam negeri tak akan mampu bersaing dengan industri negara
lainnya karena suku bunga bank yang dibebankan bank umum relatif tinggi.
Anggota Komisi Keuangan DPR , Airlangga Hartanto menambahkan, tidak mungkin ada pembangunan
jangka panjang termasuk di bidang industri yang dapat dibiayai oleh bank umum. Ini
karena bank umum dibatasi oleh Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). Sementara
itu kata dia, hampir semua negara maju punya lembaga pembiayaan industri. Dengan
bank khusus itu, industri tumbuh pesat.
Editor: Malika
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!