BERITA

Nelangsa di Carita

"Saat itu, di warung miliknya sedang ramai pembeli. Dari warung tempatnya berjualan ia melihat ombak besar yang akan menghantam. Nursiman lalu..."

Nelangsa di Carita
Mursyid (60) memandangi rumah makan Ketapang miliknya yang hancur diterjang tsunami, Sabtu (22/12/2018). (Foto: Ryan Suhendra/KBR)

KBR, Pandeglang- Sejumlah warga di beberapa garis Pantai Carita bersama dengan petugas tim gabungan (TNI, Polri, BPBD, dan Basarnas) bahu-membahu membersihkan puing-puing reruntuhan gubuk dan bangunan yang hancur akibat terjangan tsunami. Salah satu warga bernama Mursyid (60) mengaku tak menyangka terjangan tsunami menghancurkan kedua bangunan berharga miliknya. Kedua bangunan itu adalah rumah makan Ketapang dan rumah tempatnya beristirahat yang berada di Pantai Pondok Waru, Desa Bulakan, Kawasan Carita, Pandeglang, Banten.

"Di ingatan saya, air awalnya tidak terlalu tinggi. Memang ada air yang masuk sampai ke depan rumah makan saya, tapi saya anggap biasa saja karena sudah pernah yang kaya gitu. Nah, pas yang kedua itu yang besar. Saya ingat sekali kejadian itu tepat di pukul 08.00, saya lagi masak sama anak saya karena pengunjung lagi ramai," kata Mursyid sembari memandang sisa-sisa reruntuhan rumah makan miliknya, Sabtu (22/12/2018).

Ia menceritakan, saat itu dirinya dan anaknya sedang melayani pengunjung yang berasal dari Bekasi. Seusai makan, rombongan dari Summarecon Bekasi itu pun pamit. Tak lama kemudian, Mursyid melihat ombak yang tak biasanya. Ia dan anaknya lantas bergegas melarikan diri. 

Wirausahawan yang baru menjalankan usahanya selama 1 tahun 2 bulan itu heran karena tsunami terjadi tidak seperti biasanya. Sepengetahuannya tsunami kerap terjadi pasca-gempa. Namun, tidak kali ini. 

Akibat peristiwa tersebut, Mursyid mengalami kerugian sekitar Rp100an juta. Kendati begitu, ia bersyukur karena anggota keluarga dan saudaranya tidak ada yang menjadi korban.

Seperti halnya Mursyid, Nursiman (52), pemilik warung sembako itu pun juga tidak menyangka tsunami terjadi. Sebelum ombak menerjang, seorang warga dari Desa Sukarame itu pun mengaku ada hal yang tidak beres, yakni lampu jalan yang tiba-tiba mati dan suara gemuruh yang begitu terdengar telinganya.

Saat itu, di warung miliknya sedang ramai pembeli. Dari warung tempatnya berjualan tersebut ia melihat ombak besar yang akan menghantam. Nursiman lantas berteriak untuk memberikan peringatan terhadap orang-orang di sekitarnya, termasuk beberapa pembeli yang sedang bercengkerama di warungnya.

Dari kejadian ini, Nursiman kehilangan sumber pendapatan sehari-harinya dan juga sebuah sepeda motor miliknya. 

"Warung, motor, ya motor pribadi saya, motor anak-anak di sini enam (6), lagi pada nongkrong di depan itu, dihajar ombak itu," tutur Nursiman.

Hari Senin (24/12/2018), Desa Sukarame, Kecamatan Carita mulai kedatangan bantuan. Nursiman menuturkan sampai sejauh ini bantuan lebih banyak dikerahkan oleh relawan daripada pemerintah setempat.

Sebelumnya, pada Sabtu (22/12) malam, tsunami terjadi di Selat Sunda. Beberapa lokasi, seperti Banten, Pandeglang, dan Lampung Selatan merupakan tiga daerah yang terdampak bencana tersebut. Juru bicara  Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan daerah pesisir di sepanjang pantai, mulai dari Pantai Carita, Pantai Panimbang, Pantai Teluk Lada, Sumur, dan Tanjung Lesung banyak mengalami kerusakan. Sepuluh kecamatan di Pandeglang terdampak. Korban paling banyak ditemukan di Hotel Mutiara Carita Cottage, Hotel Tanjung Lesung dan Kampung Sambolo.  

Berdasarkan informasi terakhir BNPB, hingga Rabu (26/12/2018) pukul 13.00 WIB, jumlah korban tewas akibat tsunami mencapai 430 orang, 1.495 orang luka-luka, 159 orang hilang, dan 21.991 orang mengungsi. BNPB telah menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari untuk Pandeglang, Banten. Yakni sejak 22 Desember hingga 4 Januari 2019. Sedangkan tanggap darurat di Lampung Selatan ditetapkan selama 7 hari, dimulai pada 23 Desember hingga 29 Desember 2018.

Sutopo Purwo Nugroho mengatakan pemerintah pusat akan terus mendampingi pemerintah daerah selama masa tanggap darurat. Selama masa tersebut, BNPB dan Pemerintah masih fokus pencarian dan evakuasi korban, serta penanganan para korban luka dan pengungsi. Pemerintah juga belum membuka akses bantuan dari luar negeri, meski sejumlah negara dikabarkan berniat memberi bantuan. 


Editor: Sindu Dharmawan

 

  • Tsunami Selat Sunda
  • Nelangsa di Carita
  • Tsunami
  • Selat Sunda
  • BNPB
  • Korban Tsunami Selat Sunda

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!