BERITA

Harga Jual Kian Terpuruk, Petani Garam Madura Terancam Gulung Tikar

"Banyak petani garam terpaksa berganti profesi karena biaya operasional untuk mengolah lebih besar dari harga di pasaran."

Budi Prasetiyo, Resky Novianto

Harga Jual Kian Terpuruk, Petani Garam Madura Terancam Gulung Tikar
Pekerja mengangkut garam saat panen di Pamekasan, Jawa Timur, Senin (4/11/2019). (Foto: ANTARA/Saiful Bahri)

KBR, Surabaya - Puluhan orang dari Forum Petani Garam Madura mengadu ke kantor DPRD Jawa Timur.

Mereka mengeluh karena saat ini harga garam menurun drastis di kisaran angak Rp 180 perkilogram. Angka itu adalah yang terendah sejak beberapa tahun yang lalu.


"Harga terendah sekarang Rp275 di gudang perusahaan. Kalau di petani dikurangi Rp90 jadi sekitar Rp170 per kilogram. Ini terendah sepanjang sejarah, sejak tahun 2000-an lalu," kata Saiful Rahman, Ketua Forum Petani Garam Madura, di Kantor DPRD Jawa Timur, Rabu (6/11/2019).


Saiful Rahman mengatakan anjloknya harga garam itu membuat petani garam di Madura terancam gulung tikar. Bahkan, banyak yang terpaksa berganti profesi karena biaya operasional untuk mengolah lebih besar dari harga di pasaran.


Saiful bersama dengan petani lain sudah berulangkali mendatangi para pengepul. Tetapi, garam dari petani itu tidak terserap dengan berbagai alasan.


"Alasannya gudang penuh dan ngggak mau menampung," katanya.


Saiful berharap pemerintah serius membatasi kuota impor. Apalagi, pada akhir tahun 2019 ini petani garam di Madura sedang panen raya.


Baca juga:

Serapan rendah


Anjloknya harga garam beberapa kali dibahas di rapat tingkat menteri. Terakhir, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menggelar rapat koordinasi guna membahas garam dan gula, Selasa (5/11/2019).


Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengatakan dalam pertemuan itu Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menginginkan agar Kementerian KKP menyerap banyak garam petani.


Namun rapat belum menghasilkan langkah penyelamatan konkrit untuk tahun ini--termasuk desakan agar pemerintah membatasi atau menghentikan impor garam. Menteri Edhy Prabowo hanya mengatakan saat ini masih memperbaiki tata lokasi produksi garam nasional.


"Sekarang kita lihat harga garam di masyarakat sedang jatuh. Tadi pak Menko menyampaikan untuk penyerapan agar segera dilakukan. Tapi kerja tanpa perencanaan juga tidak akan maksimal. Maka ini adalah awalan untuk melakukan perencanaan. Semoga ke depan, tahun depan, kebutuhan garam nasional diketahui berapa. Baru kemudian persiapan dalam negeri ada berapa... Untuk per tahun ini sudah kita sampaikan semua. Nanti tinggal neraca garam kita seperti apa," ucap Edhy Prabowo di Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa (5/11/2019).


Edhy Prabowo mengatakan pencatatan produksi garam sangat krusial, dalam rangka penentuan arah kebijakan pemerintah.


Ia menambahkan, saat ini berdasarkan data terakhir, terdapat 19 ribu orang petani garam dan sekitar 27 ribu hektar lahan garam.


"Kita sudah memetakan dan ini jadi kewajiban kita bersama. KKP juga akan cari jalan keluar, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan juga akan turun bareng. Di mana titik-titik sentral garam. Petani garam kita kan besar," tambah Edhy.


Secara nasional, harga jual garam hasil produksi petambak turun hingga 50 persen. Harga garam petani tambak hanya senilai Rp500 per kilogram. Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan harga di pertengahan tahun yang masih berkisar antara Rp800-Rp1.000 per kilogram.


Baca juga:


Editor: Agus Luqman 

  • garam impor
  • garam anjlok
  • petani garam
  • impor garam
  • tambak garam

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!