BERITA

Era 4.0, Jutaan Pelaku Usaha Mikro-Kecil Masih 'Buta Internet'

Era 4.0, Jutaan Pelaku Usaha Mikro-Kecil Masih 'Buta Internet'

KBR, Jakarta - Dunia tengah bergerak memasuki era 4.0, era di mana berbagai aktivitas manusia ditopang teknologi siber seperti internet of things, cloud computing, dan artificial intelligence.

Sayangnya, Indonesia masih sangat jauh ketinggalan. Menurut laporan Profil Industri Mikro dan Kecil 2018 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Kamis (14/11/2019), bahkan masih ada jutaan pelaku usaha lokal yang belum mampu memanfaatkan internet.

"Internet akan sangat membantu pelaku usaha dalam memperoleh dan berbagi informasi yang menunjang bisnisnya. Namun, penggunaan internet pada pelaku usaha skala mikro-kecil di Indonesia masih sangat minim," jelas BPS dalam laporannya.

Industri mikro-kecil adalah badan usaha dengan tenaga kerja kurang dari 20 orang.

Industri jenis ini bergerak di bidang yang sangat bervariasi. Sampai tahun lalu, bidang yang paling banyak digeluti adalah pengolahan dan penjualan makanan, kerajinan kayu, gabus, rotan, bambu, serta pakaian jadi.


Hanya 10 Persen Industri Mikro-Kecil yang Manfaatkan Internet

Berdasarkan survei BPS, sampai tahun 2018 ada sekitar 4,2 juta badan usaha mikro-kecil di Indonesia, yang totalnya melibatkan lebih dari 9 juta orang tenaga kerja.

Dari jumlah tersebut, hanya 10 persen badan usaha mikro-kecil yang memanfaatkan internet dalam berbisnis. Sedangkan sekitar 90 persen sisanya, atau kira-kira 3,8 juta badan usaha, masih offline.

Menurut BPS, masalah itu terkait dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang berpendidikan rendah.

"Rendahnya pendidikan pengusaha IMK (industri mikro-kecil) sebesar 74,80 persen hanya menamatkan pendidikan sampai jenjang SMP ke bawah. Hal demikian ditengarai menjadi salah satu penyebab rendahnya penggunaan internet pada usaha IMK," jelas BPS.

"Diharapkan ada upaya khusus dari pemerintah untuk mengatasi kendala yang dialami pelaku usaha IMK dengan melakukan bimbingan, pelatihan, serta penyuluhan berbasis internet, sehingga hasil industri IMK bisa lebih luas jangkauannya," kata BPS lagi.

Di samping masalah internet, survei BPS menyebut pelaku usaha IMK banyak menghadapi kesulitan dalam permodalan, pemasaran, pengadaan bahan baku, akses energi/BBM, serta keterampilan.

Editor: Agus Luqman

  • ekonomi digital
  • industri 4.0
  • pendidikan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!