BERITA

Pedagang Berdebu, Dalang di Grup Medsos Teroris

""Dari kelompok ini adalah saudara R alias Putra alias Pedagang Berdebu, mastermind kelompok yang terstruktur melalui jaringan media sosial.""

Kevin Candra

Pedagang Berdebu, Dalang  di Grup Medsos Teroris
Densus 88 menunjukkan barang bukti terduga teroris NAS di Kampung Rawa Kalong Kabupaten Bekasi, Minggu (13/10). (Foto: Antara/Arisanto)

KBR, Jakarta- Kepolisian   mengungkap dalang dibalik  pembentukan grup di Telegram untuk kelompok teroris. Juru bicara Mabes Polri Dedi Prasetyo mengatakan, grup tersebut dibuat untuk berkomunikasi antaranggota teroris, sekaligus tempat untuk memberitahukan aksi.

"Untuk mastermind dari kelompok ini adalah saudara R alias Putra alias Pedagang  Berdebu, mastermind kelompok yang terstruktur melalui jaringan media sosial. Ditangkap di daerah muara Jambu, Jambi. keterlibatannya kelompok ini memiliki keterkaitan dengan kelompok Abu Zee yang ditangkap 23 September 2019," ujar juru bicara Mabes Polri Dedi Prasetyo, Senin (14/10/2019).


Dedi menyebut jaringan teroris di media sosial Telegram, memiliki sistem berbeda dengan jaringan lainnya. Mereka bekerja secara independen, spontan dan tak terstruktur.

Kata dia, saat   ingin melakukan aksi teror, mereka akan memberitahu kawannya di grup telegram tersebut. Menurut Dedi, mereka tak memerlukan rencana yang pasti untuk melaksanakan aksi.


Rangkaian Penangkapan

Detasemen Khusus 88 Antiteror telah menangkap sedikitnya 22 terduga teroris di sejumlah daerah, sejak insiden penusukan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto di Pandeglang, Banten pekan lalu.

Ke-22 terduga teroris yang ditangkap itu, berinisial SA alias Abu Rara, FA, WB alias Budi, AP, ZA, S alias Jack Sparrow, R alias Putra, TH, NAS, A, RF, JF, WA, ABS alias Arif Hidayat, PH, M, JJ, AAS, MRM alias Rivki, dan UD.

Juru bicara Polri Dedi Prasetyo mengatakan, penangkapan puluhan terduga teroris itu merupakan pengembangan dari sejumlah terduga teroris yang telah ditangkap Densus 88.

Terduga teroris itu, kata Dedi, ditangkap karena terbukti terlibat dalam kelompok  terorisme, menyerukan melancarkan aksi teror, dan telah menyiapkan beberapa bom untuk bunuh diri.


"Jadi sampai dengan hari ini ada 22 tersangka terorisme yang berhasil dilakukan preventif strike oleh aparat Densus 88. Yang jelas tim Densus 88 masih melakukan kerja keras mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi," katanya ditemui di Mabes Polri, Senin (14/10/2019).


Dedi menyebut, terduga teroris ditangkap di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain, Banten, Bali, Jakarta, Sulawesi Utara, Jambi, Sulawesi Tengah, Jawa Barat dan Lampung.


"Densus 88 Antiteror terus berusaha untuk mengembangkan dan tidak menutup kemungkinan menangkap tersangka lain di pelbagai daerah," katanya.

Baca: Densus Tangkap Pemimpin JAD Cirebon

Kata dia, ke-22 teroris yang ditangkap itu berkoordinasi melalui grup di media sosial seperti Telegram. Terduga teroris juga melakukan penyerangan terhadap subjek di lapangan tidak terstruktur dan bergerak secara individu.

"Mereka melakukan amaliyah itu seperti yang disebutkan, bahwa kelompok ini adalah kelompok sifatnya tidak terstrukur di lapangan tetapi terstruktur di media sosial. Kelompok ini bergerak secara independen dan juga dia bergerak melakukan amaliyahnya sesuai kemampuan masing-masing," jelas Dedi Prasetyo.

Ia menambahkan, penangkapan terduga teroris dilakukan sejak Kamis, 10 Oktober hingga Senin 14 Oktober 2019. 


Editor: Rony Sitanggang

  • Wiranto ditusuk
  • Teroris
  • penyerangan Wiranto
  • terorisme
  • Polisi
  • Densus 88

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!