BERITA

Anggaran Siluman, Politikus PSI: Tombolnya Hilang

Anggaran Siluman, Politikus PSI: Tombolnya Hilang

KBR, Jakarta-  Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DKI Jakarta mengungkap anggaran yang tak wajar yang tercatat pada Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2020. Anggota Fraksi PSI William A. Sarana mengatakan, ada beberapa anggaran yang tak masuk akal yang membengkak.

"Jadi kalau di level kegiatan kita tidak ketahuan beli apa. Ternyata ada pembelian 82.8 miliar untuk lem aibon untuk 37500 orang kali 12 bulan. Jadi kalau dihitung-hitung 2 lem aibon per orang," ujar Anggota Fraksi PSI William A. Sarana di Gedung DPRD DKI, Rabu (30/10/2019).


William menyebut data tersebut belum diterima oleh PSI DKI dan belum diunggah ke situs apbd.jakarta.go.id  Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Data tersebut baru diberikan sebelum rapat pemerintah provinsi dan DPRD. Wiliam menuturkan, data Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2020 sempat diunggah di situs resmi apbd.jakarta.go.id pada 11 Oktober 2019.


"Tanggal 11 Oktober diunggah, sorenya langsung ditutup. Jadi kami hanya sebentar   lihatnya cuma 1 jam 2 jam. Akan tetapi RKPD 2020 di takedown dari website APPB, ternyata masih ada histori kami, ternyata link RKPB 2020 masih bisa diakses, tombolnya saja yang hilang, tombol 2020  hilang. Akhirnya kami bisa mengakses RKPB 2020, karena sudah ada di histori kami," ujar Anggota Fraksi PSI William A. Sarana di Gedung DPRD DKI, Rabu (30/10/2019).


Sebelumnya, William mengunggah hal ini di akun media sosialnya. William mengaku tidak puas dengan alasan salah input di sistem e-budgeting Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pasalnya, pembahasan sudah memasuki tahap final dan idealnya tidak ada lagi kesalahan fatal di tahap akhir ini. 

Editor: Rony Sitanggang

  • apbd jakarta
  • aibon
  • tinta
  • Anies Baswedan
  • Anggota Fraksi PSI William A. Sarana

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!