HEADLINE

Belasan Eks DI/TII dan NII Ikrar Setia kepada NKRI, Bagaimana Dua Juta Lainnya?

Belasan Eks DI/TII dan NII Ikrar Setia kepada NKRI, Bagaimana Dua Juta Lainnya?

KBR, Jakarta- Belasan orang bekas anggota Harokah Islam Indonesia, eks Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII), dan eks Negara Islam Indonesia (NII) mengucapkan ikrar setia terhadap Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. 

Ikrar itu diucapkan di hadapan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto, di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (13/8/2019).

"Bismillahirrahmanirrahim. Ikrar setia kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Kami keluarga besar Harokah Islam Indonesia beserta eks Darul Islam Tentara Islam Indonesia, dan eks Negara Islam Indonesia beserta segenap pendukungnya dengan ini  berikrar..." ucap mereka bersamaan.

Ada 5 ikrar yang mereka ucapkan, yakni:

1. Berpegang teguh kepada pancasila dan Undang-undang Dasar 1945

2. Setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika

3. Menjaga persatuan dalam masyarakat majemuk, agar tercipta keharmonisan, toleransi, kerukunan dan perdamaian untuk mencapai tujuan nasional

4. Menolak organisasi dan aktivitas apapun yang bertentangan dengan Pancasila

5. Meningkatkan kesadaran bela negara dengan mengajak komponen masyarakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Ikrar Tanpa Syarat

Ikrar diikuti 14an bekas anggota DI/TII, NII, dan Harokah Islam Indonesia. Belasan orang itu rerata pria setengah baya. Salah satu yang menyatakan ikrarnya sekaligus menjadi pionir adalah Sardjono Kartosoewirjo. Ia adalah anak dari pendiri DI/TII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.

Menurutnya, ikrar setia yang ia dan teman-temannya lakukan bukanlah baru tercetus pada tahun ini. Ia mengklaim sejak 1962 ia dan keluarga dekatnya sudah mengakui adanya NKRI.

"Ini...ini kan sudah dari 1962, udah lama banget, sejak 1962 penghentian tembak-menembak kembali ke pangkuan Republik Indonesia itu, langsung ikrar setia," ujar Sardjono.

Sardjono juga menepis adanya anggapan bahwa mereka melakukan ikrar lantaran dijanjikan sesuatu oleh pemerintah.

"Enggak ada, kita mah membela negara mau janji enggak janji, mau dibayar enggak dibayar enggak urusan tapi saya perlu dengan negara ini," tegasnya.

kata dia, dorongan terbesar mengakui NKRI lantaran ia ingin hidup lebih nyaman di usia senjanya.

"Enak mana di hutan sama di sini? kemarin saya ditanya sama kapolres, 'lagi ngapain katanya pak Sardjono?' ah lagi enak-enakan aja kata saya menikmati hidup. Saya bisa naik mobil, malas nyupir sewa supir, panas pasang AC, makanan banyak pinggir jalan tinggal pilih yang mana. Daripada di hutan coba, makanan enggak ada dikejar-kejar, enak mana? Ya enak di sini dong. (selama ini bergaul bagaimana?) ah biasa saja mereka juga bayar pajak. Ada yang fundamentalis nyerang ke saya, kok sampai ke sini, di depan kan ada tilang? Oh saya bayar pajak, wah kamu setia juga kepada NKRI kalau bayar pajak," ungkapnya.

Ada 2 Juta Pengikut DI/TII dan NII

Sardjono mengatakan masih ada 2 juta lebih pengikut DI/TII dan NII yang tersebar di Indonesia. Saat ini ia masih berusaha mengumpulkan mereka dan berkomunikasi secara langsung agar turut berikrar setia.

"(masih ada 2 jutaan gimana mengajaknya?) Iya nantikan kita ngobrol-ngobrol, lebaran kita ketemu ngobrol-ngobrol, Agustusan kita ketemu ngobrol-ngobrol," ujarnya.

Sardjono mengatakan ikrar yang ia lakukan semata ingin membuat persatuan di Indonesia. Sebab, ia mengakui, perpecahan yang dulu sempat dibuat oleh sang ayah, berdampak panjang bagi banyak kehidupan dan keturunan mereka.

"Tetapi saya menerima akibat yang buruk daripada perpecahan, sekarang orang-orang yang mulai mengadakan perlawanan baik itu apa pun bentuknya, itu berakibat kepada anak dan keluarganya. Bapaknya meninggal udah selesai, anaknya anak yatim siapa yang ngurus? kita yang ngurus yang ditinggalkan. Itu kan jadi masalah pendidikannya, itu kalau 1 coba kalau ada 1.000 yang begitu waduh repot," keluhnya.

Ia berjanji bakal mengajak seluruh anggota DI/TII, NII dan kelompok lain yang tidak berlandaskan Pancasila, untuk segera berhenti dan bergabung menjaga bangsa.

"Saya mengimbau seluruh kepada rekan-rekan untuk bersatu bersama-sama membangun negara ini. Sebab kalau negara ini rusak bocor, ya kita sendiri yang tenggelam. Jadi negara ini sudah dibela oleh semua pihak pertama ada TNI, kalau diserang dari luar gimana? TNI yang bertindak. Kalau serangan dari dalam ada polisi, kalau ada yang korupsi ada lagi KPK, kalau ada yang narkoba BNN, kalau ada yang memecah ideologi, siapa? kitalah bagian yang harus membela ideologi ini," pungkas Sardjono. 

Kado HUT Kemerdekaan Indonesia

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto menyebut ikrar dari belasan orang bekas anggota Harokah Islam Indonesia, eks Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) dan Negara Islam Indonesia (NII), adalah kado untuk Indonesia. Menurutnya di usia ke-74 tahun kemerdekaan Indonesia, pada akhirnya banyak pejuang-pejuang dengan paham lain melebur menjadi satu untuk persatuan.

“Menjelang ulang tahun proklamasi kemerdekaan ke-74, kita katakanlah mendapat suatu bonus ya, adanya satu ikrar dari teman-teman kita yang dulu bercita-cita negara lain. Bercita-cita bukan NKRI tapi bercita-cita Negara Islam Indonesia, dan berjuang kurang lebih dia belasan tahun kan, dari 1949 sampai 1962. Tapi hari ini mereka berikrar sadar mengajak seluruh pendukungnya, para simpatisannya, para keturunannya untuk bersama-sama berikrar bahwa satu-satunya ideologi di negeri ini adalah Pancasila,” tutur Wiranto, di kantornya, Selasa (13/08/2019).

Wiranto berharap ikrar yang disampaikan tersebut juga dapat membuka mata anggota kelompok lain yang anti dengan Pancasila dan NKRI. Ia menegaskan, sampai kapan pun NKRI dan Pancasila tidak akan terganti, meski ada kelompok-kelompok radikal yang bermunculan. 

Ia juga berterima kasih kepada Sardjono Kartosoewirjo, anak pemimpin DI/TII Sekarmadji Kartosoewirjo yang telah mengajak serta keluarganya meyakini ideologi negara Indonesia. 

Wiranto mengaku tidak ada upaya atau perlakukan khusus untuk menarik mereka agar kembali kepada NKRI.

Editor: Sindu Dharmawan

 

  • Harokah Islam Indonesia
  • DI/TII
  • Wiranto
  • NII
  • Kemenko Polhukam
  • Ikrar Setia
  • Pancasila
  • NKRI

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!