BERITA

Bom Bunuh Diri di Pospol Kartasura, Ini Tanggapan Tiga Pengamat Terorisme

Bom Bunuh Diri di Pospol Kartasura, Ini Tanggapan Tiga Pengamat Terorisme

KBR, Jakarta- Terduga pelaku bom bunuh diri di Sukoharjo, Jawa Tengah, pada Senin malam (3/6/2019), disebut menganut konsep jihad nikaya. Pengamat terorisme, Sofyan Tsauri mengatakan, jihad nikaya adalah jihad yang dilakukan kapanpun tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu, meski tidak berdampak besar. 

Ini disampaikan Sofyan setelah mengamati aksi bom bunuh diri RA (22) yang menyasar Pos Polisi Kartasura pada pukul 22.45 WIB. Tidak ada korban jiwa dalam ledakan tersebut, kecuali RA yang terluka parah.

"Ini menjadi kebiasaan kelompok yang berafiliasi pada ISIS. Cirinya pertama dari target yang dia tuju yaitu simbol-simbol aparat keamanan. Yang kedua mereka menganut konsep jihad nikaya, cenderung bagaimana jihad tetap bisa berlangsung walaupun hanya dengan pisau dapur. Yang ketiga itu dia cenderung amatiran, karena bahan peledaknya itu bertenaga rendah. Mereka selalu menggunakan alat-alat sederhana," kata Sofyan pada KBR, Selasa (4/6/2015).

Menurut Sofyan, aksi yang dilakukan RA itu untuk menunjukkan keberadaan pendukung ISIS di tempat lain, meski organisasi teroris itu kalah di Suriah pada awal tahun ini. 

Kata Sofyan, konsep jihad nikaya berbeda dengan jihad tamkin. Jihad nikaya dapat dilakukan walaupun berdampak kecil, karena tujuannya hanya untuk menjalani jihad dan menunjukan eksistensi kelompoknya pada publik. Sedangkan jihad tamkin bertujuan untuk mengambil alih kekuasaan atau pemerintahan dengan keyakinan yang diinginkan oleh kelompoknya.

Jemaah Ansharut Daulah (JAD) Semarang 

Pengamat terorime, Al Chaidar menduga, pelaku ledakan bom bunuh diri di Sukoharjo tergabung dalam kelompok jaringan Jemaah Ansharut Daulah (JAD) Semarang. Pernyataan ini ia sampaikan berdasar obrolan jaringan JAD di dalam grup daring Telegram. Kata dia, dalam percakapan di grup itu disebutkan, bahwa pelaku merupakan bagian dari JAD Semarang. JAD adalah organisasi yang terafiliasi dengan ISIS. 

"Kalau kami sudah memastikan, kalau polisi katanya belum. Polisi sedang memastikan antara berjaringan atau tidak berjaringan. Kalau tidak berjaringan itu 'lone wofl' kan. Polisi kelihatannya lebih mengarah kepada 'lone wolf'. Kalau menurut saya, ini bukan 'lone wolf' karena berstruktur. Itu jelas sekali bahwa dia sudah dinyatakan bagian dari jaringan JAD Semarang. Dan itu sudah ada di dalam grup-grupnya," kata Al Chaidar kepada KBR, Selasa (4/6/2016).

Menurut Al Chaidar, pelibatan anak muda dalam aksi teror, lantaran dinilai masih kurang ilmu pengetahuannya dan sudah tidak diawasi oleh keluarganya. Motifnya, kata dia, adalah aksi jihad dalam rangka serangan Lailatul Qadar atau menjelang lebaran. 

Namun, ia meminta pelaku diberi tuntutan hukuman yang lebih ringan atau dibebaskan, guna menggoyahkan ideologi terorismenya. Sebab, hukuman yang lebih berat akan membuat pelaku merasa tindakan yang dilakukannya benar.

Bukan Serangan Teroris

Berbeda dengan dua pengamat lainnya, pengamat teroris, Umar Abduh menduga ledakan bom bunuh diri di Sukoharjo bukan serangan teroris. Itu lantaran pelaku tidak memiliki target sasaran dan tidak ada korban yang dirugikan dalam aksinya. Menurutnya, serangan teroris selalu memiliki target dan memiliki hubungan dengan jaringan teroris yang ada.

"Tidak ada korban, target, dan sasaran. Mestinya kan melakukan serangan itu harus ada korban. Kalau di pos polisi, ada polisinya. Ini sekedar pos polisi, meledak saat tidak ada apa-apa di situ, karena jamnya bukan jam dinas. Kalau dikatakan motifnya meneror, yang diteror siapa? Karena sepi, mungkin hanya latihan ledakan saja," kata Umar, Selasa (4/6/2019).

Selain itu, menurut Umar, pelaku menggunakan alat peledak yang serupa dengan petasan dengan kekuatan yang rendah. Kata dia, hal itu berbeda dengan bom yang biasanya digunakan teroris. DItambah lagi, tidak ditemukan baut, paku, dan gotri di lokasi ledakan. 

Densus 88 Temukan Bahan Peledak di Rumah RA

Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri dan tim laboratoriun forensik Polda Jawa Tengah menemukan bahan-bahan peledak di rumah pelaku teror bom bunuh diri di Pos Polisi Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah. Bahan peledak itu di antaranya serbuk belerang, potasium arang, bubuk mesiu atau black powder, hingga serbuk putih yang diduga nitrat. Temuan ini didapat usai polisi menggeledah rumah orangtua pelaku teror berinisial RA tersebut.

Juru bicara Mabes Polri Dedi Prasetyo mengatakan, penggeledahan tim Densus dilakukan Selasa (4/6/2019) dini hari--tak lama usai bom meledak. Dalam penggeledahan, tim Densus juga menemukan pelbagai alat peracik bom.

"Kemudian ada charger baterai 3,7 volt, kemudian ada satu pipa diameter 2 cm panjang 15 cm, kemudian ada detonator manual warna putih dengan kabel warna hijau dan putih," ungkap Dedi saat jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (4/6/2019).

Dedi menjelaskan, bahan-bahan yang ditemukan itu merupakan hasil rakitan dari pelaku. Saat ini seluruh temuan telah disita oleh tim laboratorium forensik Polda Jawa Tengah. 

Sebelumnya, RA (22) meledakan bom di pos polisi Kartasura pada Senin (3/6/2019) malam sekitar pukul 22.45 WIB. Akibat ledakan itu, RA kini dalam kondisi kritis.  


Editor: Sindu Dharmawan

  • bom bunuh diri
  • densus 88
  • bom sukoharjo
  • bom kartasura
  • mabes polri
  • pengamat terorisme
  • jihad nikaya

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!