BERITA

Naikkan Harga Rokok, Alihkan Dananya untuk Gizi atau Pendidikan

"Pengeluaran rokok untuk para pengguna rokok itu udah masuk sebagai kebutuhan utama bagi mereka. Ini harus bersaing dengan kebutuhan utama yang lain supaya prioritasnya turun"

KBR

Naikkan Harga Rokok, Alihkan Dananya untuk Gizi atau Pendidikan

Kelompok yang paling rentan terdampak bahaya rokok adalah perempuan dan anak. Selain rentan mengalami dampak kesehatan akibat asap rokok, mereka juga kerap merasakan timpangnya prioritas belanja keluarga. Di mana belanja untuk pendidikan dan kesehatan anak sering berkurang karena uangnya dibelanjakan untuk rokok. Magdalena Sitorus dari Jaringan Perempuan Peduli Pengedalian Tembakau (JP3T) mengatakan, dalam budaya patriarki yang masih banyak dianut masyarakat di Indonesia, laki-laki adalah pencari nafkah. Dan banyak perokok di Indonesia adalah laki-laki.

“Sehingga dalam konteksnya lagi budaya patriarki, yang membuat keputusan itu, seringkali perempuan juga tidak dilibatkan. Nah untuk itu, yang sering menjadi dampaknya pada ekonomi keluarga,” ujarnya.

Ibu Magdalena mengatakan bila laki-laki mencari nafkah maka perempuan yang biasanya mengatur keuangan. “Sehingga dia tidak bisa untuk memutuskan say no misalnya,” tambahnya. Meski bila ada perempuan yang ikut bekerja, kerap tidak dianggap sebagai pencari nafkah.

Tidak setaranya hubungan antara suami dan istri akan mempengaruhi pemilihan prioritas belanja keluarga. Ini kata Ibu Magdalena.

 

“Bagaimana kemudian kebutuhan dalam proses pendidikan dan kesehatan. Jadi misalnya kebutuhan dalam konteks pendidikan jadi dinomorduakan, kebutuhan untuk kesehatan itu juga dinomorduakan,” jelasnya

Pendapat senada juga disuarakan  Ligwina Hananto seorang Financial Trainer. Pada saat perempuan menyusun biaya belanja keluarga, jatah anak kerap berkurang karena dialihkan untuk membeli rokok.

 
Ligwina menjelaskan dalam perencanaan keuangan, pos pengeluaran itu dibagi dalam lima kategori besar yaitu pengeluaran rutin, pengeluaran lifestyle, cicilan, menabung, dan pengeluaran sosial.

“Nah si pengeluaran rokok itu untuk para pengguna rokok itu udah masuk sebagai kebutuhan utama bagi mereka. Ini harus bersaing dengan kebutuhan utama yang lain supaya prioritasnya turun,” paparnya.

Prioritas ini menurutnya mungkin akan berubah bila harga rokok dinaikkan.

“Secara prioritas jadi gak betul. Nah kalau harga rokok ini mahal, membuat orang harusnya menyusun prioritas dengan lebih mudah. Karena dengan angka segitu bisa kita geser untuk, misalnya pengeluaran yang penting seperti makan. 50 ribu itu angka yang sangat besar untuk itung uang makan harian loh,” ujarnya.

”Kalau tadinya cuma 10 ribu - 15 ribu kemudian jadi 50 ribu, maka yang penting itu adalah terjadi komunikasi antara pasangan suami istri untuk berdiskusi “eh anggaran kita itu ternyata efeknya kalau 50 ribu ini di-stop, kita bisa makan lebih baik, sekolah lebih bagus, fasilitas untuk anak-anak lebih banyak,” paparnya.

Selain itu dampak kesehatan yang dialami anak dan perempuan sebagai perokok pasif, juga turut membebani belanja keluarga kata Ibu Magdalena.

“Kalau kita kaitkan dengan perekonomian keluarga, itu berarti kalau si tubuh itu sakit, pada akhirnya kan perempuan juga yang harus menanggung dampaknya. Belum lagi dia harus menjadi perokok pasif, nah kita bisa kebayang itu. Ini yang harus kita lihat, juga data menunjukkan bahwa dampak dari perokok pasif dan perokok aktif itu sama beratnya,” paparnya.

Sementara, menurut Ibu Ligwina, karena sulit mengurangi adiksi seseorang terhadap rokok, yang membutuhkan kemauan dari dalam diri seseorang, maka menaikkan harga rokok adalah salah satu cara untuk mengurangi konsusmi rokok secara perlahan.

“Nah dari pada kita ribut untuk menurunkan adiksi dan itu sangat sulit, kita potong dulu rantai pembeliannya. Makanya saya sangat mendukung ketika ada gerakan dari para wanita supaya meminta harga rokok lebih tinggi,” tutup Ligwina.

  • ctfk

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!