BERITA

Ini Tips Memilih Destinasi Wisata Ramah Anak

      Pengunjung memberi makan gajah saat libur lebaran di Kebun Binatang Bandung (Bandung Zoo), Ban

KBR - Momen libur Lebaran kali ini, memang berdekatan dengan liburan sekolah tahun ajaran 2017/2018. Kementerian Pariwisata dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menginginkan agar penyelenggaraan pariwisata kali ini lebih ramah anak. Itu dilakukan agar tingkat kecelakaan anak di lokasi wisata berkurang. 

Ketua KPAI Susanto menggambarkan ada empat kriteria destinasi wisata ramah anak, meliputi keamanan, keselamatan, layanan dan kepatuhan. 

“Pertama dari sisi security-nya. Kita harapkan ada peningkatan keamanan yang proporsional terkait layanan wisata di sejumlah titik wisata. Yang kedua adalah aspek safety ya. Untuk menuju safety itu kan ada beberapa hal. Contoh: diinformasikan di sini bahaya, di situ boleh. Kan tidak semua areal wisata memasang informasi-informasi seperti itu,” papar Susanto. 

“Yang ketiga adalah aspek pelayannya. Layanan dalam konteks ini bukan hanya layanan pada aspek wisatanya saja, tapi konten dalam layanan itu juga harus semakin baik. Contoh misalnya wisata alam tapi diinovasikan dengan muatan edukatif gitu ya," katanya lagi.

Sementara yang keempat kata Susanto adalah compliance atau kepatuhan. 

"Informasikan secara proporsional, ke seluruh masyarakat, pengunjung terutama anak-anak dan orangtua, agar orangtua memiliki semacam kepatuhan terhadap aturan yang ada di lingkungan wisata,” tambahnya. 

Orangtua pun kata Susanto harus memperhatikan beberapa hal ketika memilih tujuan wisata bagi anak-anaknya.

“Ya orang tua harus memilih area wisata yang aman. Karena ada banyak juga areal wisata yang dikunjungi masyarakat, anak-anak dan remaja tetapi jaminan keamanan dan kenyamanannya belum tentu. Misalnya daerah-daerah perbukitan atau gunung-gunung tertentu yang saat ini katakanlah dikhawatirkan mulai berasap dan lain sebagainya,” katanya. 

Mencari informasi awal tempat wisata yang akan dikunjugi kata Susanto perlu dilakukan orangtua agar perjalanan mereka tidak sia-sia karena saat tiba di tujuan daerah wisata tapi malah ditutup karena berbagai pertimbangan. Begitu pun bila orangtua ingin membawa anak-anak mengunjungi wisata alam atau kebun binatang, pastikan orangtua mencari tahu titik-titik yang aman dan tidak aman bagi anak-anak untuk tempat mereka bermain.

Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Asnawi Bahar mengatakan peningkatan wisatawan semasa lebaran dan libur sekolah terjadi di semua destinasi wisata besar dan kecil, terkenal maupun tidak terkenal. 

Biasanya kata Asnawi, tempat wisata favorit saat libur lebaran adalah tempat-tempat terbuka seperti pantai atau taman. 

“Biasanya kalau liburan lebaran itu, kebanyakan wisatawan kita itu ke tempat-tempat terbuka misalnya di pantai-pantai kayak Jakarta Ancol, Taman Mini, di seluruh daerah akan seperti itu. Ke pantai, ke taman-taman hiburan, biasanya begitu,” ujar Asnawi.

Sementara untuk liburan sekolah katanya yang menjadi target kunjungan adalah destinasi-destinasi utama seperti Bali, Yogyakarta, Bandung, Padang, Medan, Surabaya. Menurutnya salah satu tujuan wisata yang ramah anak itu adalah Kota Yogyakarta. 

“Kalau destinasi yang ramah anak itu saya berharap kawan-kawan memilih Yogyakarta. Itu banyak tempat atraksi baru semuanya lengkap baik budaya, kuliner, maupun tempat rekreasi yang lain, salah satunya itu,” kata Asnawi.

Khusus untuk wisata berombongan yang diadakan sekolah, Asnawi mengigatkan agar sekolah berhati-hati memilih biro perjalanan yang akan digunakan. Menurut Asnawi masih ada operator-operator tur yang tidak berizin dan bukan anggota Asita. 

“Ketika bicara ramah anak, tentu bicara cost-nya. Jangan mencari harga yang terlalu murah tapi terdampak kepada pelayanan biro perjalanan dan kadang-kadang tidak menggunakan biro perjalanan berizin,” jelas Asnawi.

Berikut tips dari KPAI dan Kementerian Pariwisata buat orangtua yang berlibur bersama anaknya.

1. Pilih tempat hiburan 

Orangtua memiliki peran untuk memilih dan menentukan tempat hiburan yang diinginkan anak dengan mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan anak. Keamanan dan kenyamanan tersebut sesuai dengan usia dan tumbuh kembang mereka. 

Peran orangtua harus mengutamakan keselamatan jiwa anak dengan mencegah dan bersiap segala bentuk kemungkinan terjadinya hal yang tak diinginkan pada anak. 

Salah satu caranya dengan memasang identitas anak sebelum ke tempat wisata bila diperlukan. Jika hilang, atau ditemukan petugas, anak akan mudah terdata untuk dikembalikan pada orang tuanya. 

2. Mendampingi anak 

Peran orangtua senantiasa mendampingi anak-anak baik secara langsung (bersama orangtua) atau pun tidak langsung (tanpa orangtua) dalam aktivitas liburan anak dengan tetap memperhatikan keperluan dan kebutuhan anak di lokasi pariwisata. 

Peran orangtua senantiasa mengawasi dan mengontrol anak dengan baik untuk memastikan aktivitas anak tidak melanggar aturan-aturan di tempat pariwisata. 

3. Menyelipkan pendidikan 

Orangtua diharapkan memberikan edukasi agar kegiatan pariwisata menumbuhkan manfaat, cinta alam dan ramah lingkungan. Hal ini sinergi dengan poin sebelumnya yaitu mengontrol aktivitas anak di obyek wisata. 

Dengan melakukan kontrol tersebut, orangtua juga bisa menanamkan pendidikan-pendidikan taktis kepada anak di obyek wisata, seperti buang sampah pada tempatnya, tidak merusak obyek wisata dan lainnya. 

4.Mengutamakan keselamatan 

Orangtua harus mengutamakan keselamatan anak-anak dan keluarga di tempat pariwisata. 

Hal tersebut berkaitan dengan wahana yang digunakan, waktu melakukan aktivitas (hindari larut malam), dan tentunya orang tua harus menghindari konsumsi minuman beralkohol, pemakaian obat-obat terlarang dan segala jenis narkoba. 

 Editor: Citra Dyah Prastuti 

  • Destinasi Wisata
  • Destinasi wisata ramah anak
  • libur lebaran
  • libur sekolah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!