NASIONAL

Ibu Kota Pindah, Pemerintah Kumpulkan Arsitek dan Seniman

""Apakah kita mau green city, smart city, compact city ya.""

Lea Citra

Ibu Kota Pindah, Pemerintah Kumpulkan Arsitek dan Seniman
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi sejumlah pejabat terkait melihat peta kawasan salah satu lokasi calon ibu kota negara saat peninjauan di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Rabu (8/5/2019). (Foto: Antara)

KBR, Jakarta- Pemerintah akan  mengumpulkan arsitek serta seniman untuk merencanakan pembangunan ibukota baru. Menteri Pekerjaan Umum dan Pekerjaan Rakyat (PUPR) PUPR Mochamad Basuki Hadimuljono mengatakan perencanaan pembangunan ibukota baru akan intensif dilakukan pada tahun 2020 yang melibatkan sekitar 7 arsitek.

Basuki mengatakan dirinya masih harus merumuskan kebutuhan apa yang diperlukan istana negara dan pembangunan lainnya yang akan melibatkan arsitek, seniman bahkan budayawan.

"Nanti mungkin akan kita bikin workshop-workshop berantai, dari segi perencanaan, dari segi master plannya, detail design nya. Apakah kita mau green city, smart city, compact city ya. Karena ini akan membangun kota baru, tapi kegiatan itu akan intensif tahun 2020," Kata Menteri PUPR Mochamad Basuki Hadimuljono di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Selasa (14/52019).


Selain rencana bentuk kota, Menteri PUPR Mochamad Basuki Hadimuljono mengatakan pembangunan segi ekonomi pada ibukota baru hanya sebagai pelengkap. Menurut Basuki, ibukota baru tidak akan dijadikan pusat bisnis dan hanya sebagai pelengkap yang menghidupkan suasana dan ekonomi ibukota yang baru.


Selanjutnya Basuki enggan menanggapi tantangan pembuatan ibukota baru karena pemerintah belum memastikan daerah mana yang akan dijadikan ibukota baru. Menurut Basuki, pemerintah terkait masih mengkaji rencana pemindahan ibukota.


Editor: Rony Sitanggang

  • pemindahan ibu kota
  • pindah Ibu Kota
  • ibu kota pindah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!