BERITA

BJ Habibie Bantah Pemilu 2019 Serupa dengan 1998

Jurnalis merekam keterangan Presiden Joko Widodo (kanan) dan Presiden ketiga RI BJ Habibie (kiri) us

KBR, Jakarta - Presiden ke-3 BJ Habibie membantah situasi Pemilu serentak 2019 serupa dengan kondisi krisis 1998. Habibie menilai, kondisi stabilitas politik dan ekonomi pada Pemilu tahun ini jauh lebih baik dibanding kondisi 20 tahun yang lalu.

Soal Pemilu yang hanya menghadirkan dua kandidat calon presiden, menurut Habibie, kekeliruan ada pada DPR sebagai pembuat Undang-undang Pemilu, yang mensyaratkan ambang batas dukungan partai untuk maju pada Pilpres 2019.

"Ada yang bilang sama saya, 'Pak kenapa hanya dua itu?' Loh kamu yang tentukan mekanismenya. Kalau enggak benar, mau lebih banyak, silakan tentukan. Kalau enggak cukup fraksinya, lha harus dalam hal ini juga diberikan kemungkinan, ditentukan oleh yang tidak interested pada politik atau dinamakan silence majority," kata Habibie di Istana Merdeka, Jumat (24/05/2019).

Habibie menyebut, proses pemilihan umum terus mengalami perbaikan, sejak pemilihan presiden dilakukan secara langsung pada 2004. Meski begitu, ia berharap Pemilu di Indonesia bisa semakin baik, dan didukung oleh undang-undang yang ideal.

Habibie datang ke Istana Merdeka juga untuk menyampaikan ucapan selamat atas kemenangan Jokowi sesuai hasil rekapitulasi KPU yang diumumkan Selasa (21/5/2019) lalu. Meski begitu, Habibie meminta publik untuk menghormati proses hukum yang masih berjalan di Mahkamah Konstitusi. 

Ia berpesan pada siapa pun yang memenangi Pemilu 2019, untuk menjadi pemimpin yang baik bagi semua warga negara, bukan hanya yang memilihnya saat Pilpres. 

Editor: Citra Dyah Prastuti 

 

  • BJ Habibie

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!