BERITA

IDI Dorong Pemerintah Perbanyak Tes Spesimen Covid-19

""Kunci pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19 adalah pengetesan massal dan menyeluruh. "

IDI Dorong Pemerintah Perbanyak Tes Spesimen Covid-19
ilustrasi

KBR, Jakarta - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendorong pemerintah meningkatkan kapasitas pemeriksaan spesimen Covid-19 di Indonesia. 

Ketua Satgas Covid-19 IDI Zubairi Djoerban mengatakan, kunci pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19 adalah pengetesan massal dan menyeluruh. 

Menurutnya, saat ini pemeriksaan Covid-19, baik tes cepat atau rapid test, dan tes spesimen belum maksimal.

"Di Amerika itu yang udah dites tuh, 1.900.000 sekian, jadi hampir 2 juta, untuk penduduk yang 300 jutakan di Amerika. Untuk Korea dengan penduduk 50 juta, itu yang sudah dites 450.000. Jadi ya, kita kan 5 kalinya. Itung aja, jadi tetap aja. Artinya kita harus ngetes, kalau bisa di atas 1 juta," kata Zubairi kepada KBR, Rabu (8/4/2020).

Zubairi Djoerban mengatakan, Jakarta memerlukan sekitar 10 ribu tes Covid-19 per hari dan daerah sekitar Jakarta 5 ribu tes per hari. 

Ia berharap, alat tes Covid-19 dari Swiss dapat mempercepat, memperluas, dan memperbanyak kapasitas pemeriksaan di Indonesia.

"Jadi memang sebanyak mungkin, secepat mungkin, dan disusul dengan telusur kontak. Kemudian yang positif disolasi dan karantina. Itu memang salah satu syarat untuk mengatasi masalah Covid," kata Zubairi.

Sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah mendatangkan 20 alat polymerase chain reaction (PCR) untuk mendeteksi virus Corona. 

Staf khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menjelaskan, ada dua jenis alat yang dibeli Kementerian BUMN, di antaranya ekstraktor otomatis RNA, dan 18 Light Cycler PCR detector.

Arya menyebut, ekstraktor bisa digunakan mengetes seribu spesimen dalam sehari. Sementara PCR detektor mampu mengetes 500 spesimen per harinya.

"Maka dengan alat ini, kalau sudah ter-install semua, maka alat tersebut akan bisa satu harinya mencapai 9 ribu sampai 10 ribu tiap hari, kita bisa mengetahui hasil tes. Jadi hasil tes ini disamping dari segi jumlah bisa mencapai 8 ribu sampai 10 ribu, juga kecepatan alat tesnya untuk mengetahui positif atau tidak, juga sangat tinggi. Nah, dengan ini maka kita harapkan, dalam sebulan kita akan mencapai hampir 300 ribu," kata Arya pada video converence, Rabu (8/4/2020).

Arya mengatakan, alat ini akan disebar secepatnya ke sejumlah provinsi di Indonesia. Di antaranya DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua. 

Ia menyebut, dua hari yang lalu alat ini juga sudah dipasang di salah satu rumah sakit di Jakarta. 

Namun Arya tak menyebut nama rumah sakit yang dimaksud.

"Untuk yang di Jakarta mudah-mudahan minggu depan sudah bisa di-install karena ini secara teknikal membutuhkan sebuah proses pembangunan yang cukup harus terjaga," pungkasnya.

Belasan Ribu Spesimen Covid-19 se-Indonesia Diperiksa

Hinga Rabu (8/4/2020), Indonesia telah melakukan lebih dari 15 ribu pemeriksaan spesimen Covid-19.

Jumlah itu meningkat dari hari sebelumnya yakni 14.354 spesimen.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengatakan, pemeriksaan spesimen tersebut menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di tingkat pemerintah pusat dan daerah.

"Tes PCR kita adalah tes untuk menegakkan diagnosa dari mekanisme skrining yang terarah. Oleh karena itu kita tidak akan melakukan skrining dengan PCR. Skrining yang kita lakukan adalah dengan rapid test. Di samping juga melalui tracing dan analisis risiko kontak yang cukup tinggi. Inilah efektifitas penggunaan PCR kita," ujar Yuri dalam jumpa pers di Graha BNPB.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengklaim, pemerintah pusat telah mendistribusikan 450 ribu kit rapid test ke seluruh penjuru Indonesia. 

Rapid test atau tes cepat digunakan sebagai deteksi awal sebelum seseorang menjalani tes dengan metode PCR.

"Apabila pemeriksaannya diulang dan didapatkan positif atau atau keluhan klinis memberat, baru kita melakukan pemeriksaan antigen dengan metode PCR," jelasnya.

Yuri menyebut, pemeriksaan spesimen melalui metode PCR memiliki tingkat akurasi tinggi sehingga persentase yang positif juga relatif tinggi. Ia mengklaim ketersediaan reagen untuk tes PCR di Indonesia saat ini mencapai 200 ribu.

"Sehingga persentasi positif PCR dari pemeriksaan yang dilakukan relatif tinggi. Karena PCR tidak kita lakukan dengan metode acak, tetapi terpilih dan terstruktur dari awal," tambahnya.

Dari lebih 15 ribu pemeriksaan spesimen hingga hari ini, pemerintah mengumumkan ada total 2.956 kasus positif Covid-19.

Editor: Kurniati Syahdan

 

  • IDI
  • rapid test
  • PCR
  • BUMN
  • COVID-19
  • spesimen
  • spesimen covid-19

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!