BERITA

2020-03-12T10:00:00.000Z

Covid-19, IDI Desak Pemerintah Perbanyak Tempat Periksa Spesimen

""Mungkin sekali buat Indonesia mirip fenomena gunung es, jadi yang kita lihat 27 atau 32 atau berapapun sebetulnya hanya ujung dari masalah yang terdiagnosis,""

Covid-19, IDI Desak Pemerintah Perbanyak Tempat Periksa Spesimen
Ilustrasi: Pemeriksaan suhu tubuh sebelum memasuki lingkungan sekolah di SMP Al-Bayan Islamic School di Jakarta Barat, Rabu (11/3). (Foto: Antara)

KBR, Jakarta-   Ketua Satgas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk kasus virus Covid-19 Zubairi Djoerban meminta pemerintah untuk menggandeng lebih banyak rumah sakit maupun laboratorium untuk tes spesimen Covid-19. Zubairi beralasan, pemerintah perlu antisipasi lonjakan pasien Suspect Covid-19 yang diperkirakan seperti fenomena gunung es. Artinya, ada kemungkinan suspect Covid-19 melonjak hingga ribuan kasus dari Covid-19 yang sudah didiagnosis. Selama ini, pengujian spesimen hanya dilakukan di  Balitbangkes Jakarta.


"Ya kan mula-mula ada dua, terus empat, terus berapa, naik lagi. Angka ini melihat pengalaman negara lain, akan meningkat. Kadang-kadang setelah satu sampai dua hari. Kadang jam-jaman. Jadi data sore ini bisa lebih meningkat lagi dibanding data tadi pagi. Itu yang amat aku khawatirkan. Jadi masalah Covid-19 ini mungkin sekali buat Indonesia mirip fenomena gunung es, jadi yang kita lihat 27 atau 32 atau berapapun sebetulnya hanya ujung dari masalah yang terdiagnosis," kata Zubairi kepada KBR, Rabu (11/3/2020).


Zubairi  mencatat, belum ada dokter IDI di luar Balitbangkes yang sudah bekerja untuk tes spesimen. Padahal, banyak rumah sakit sudah siap untuk mendukung pemerintah dalam tes spesimen ini. Termasuk peralatan dan tenaga medis yang disebut. Ia juga menyarankan apabila ada spesimen yang terbukti positif, maka hasil tes itu harus terkonfirmasi oleh Balitbangkes.
Bercermin dari negara lain, ia menyebut Amerika telah menambah laboratorium tes spesimen Covid-19 hingga 110. Begitupun negara lain seperti China yang menyiapkan banyak laboratorium untuk tes spesimen itu.

Pemerintah setidaknya telah memeriksa 736 spesimen. Juru Bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto menjelaskan, spesimen ini diambil dari para pasien positif corona, suspect dan pasien dalam pengawasan (PDP).

"Spesimen yang kita periksa total sampai dengan tadi pagi itu 736 totalnya. Tentunya enggak semuanya positif, tetapi itu yang sudah kita periksa,” ujar Yuri di kantor presiden, Rabu (11/03/2020).

Pemeriksaan tersebut dilakukan pada pasien dari 63 rumah sakit di 25 provinsi.

Metode yang digunakan dalam memeriksa spesimen adalah Polymerase Chain Reaction (PCR).

PCR merupakan metode yang lebih cepat untuk mengetahui apakah terkandung virus di dalam spesimen dari pasien yang dikategorikan sebagai suspect.

Satu metode tes lainnya adalah genome sequencing. Cara ini membutuhkan waktu hingga tiga hari untuk menyelesaikan penelitiannya.

Metode ini disebut lebih lama karena dalam pemeriksaannya bukan hanya virus corona saja yang bisa dideteksi. Namun dalam satu spesimen dapat ditemukan virus lain.


Editor: Rony Sitanggang

 

  • COVID-19
  • SARS-CoV-2

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!