RUANG PUBLIK

Daya Saing Infrastruktur di Tingkat Global, Indonesia di Papan Tengah

Daya Saing Infrastruktur di Tingkat Global, Indonesia di Papan Tengah

Daya saing infrastruktur Indonesia di kawasan Asia Tenggara masih tergolong rata-rata. Infrastruktur Indonesia juga masih kalah dari Singapura, Malaysia dan Thailand.

Demikian data yang dihimpun World Economic Forum (WEF) dalam Global Competitiveness Report 2018.

Global Competitiveness Report merupakan indeks penilaian daya saing negara-negara dunia.

Dalam indeks ini, kualitas infrastruktur Indonesia mendapat skor total sebesar 66,8 dari 100, serta menempati peringkat ke-71 dari 140 negara.

Penilaian tersebut dilakukan WEF berdasarkan hasil survei sekaligus analisis data gabungan milik Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), International Air Transport Association (IATA), International Energy Agency (IEA) dan juga Bank Dunia.

Berikut adalah skor daya saing sejumlah infrastruktur nasional menurut penilaian WEF:


Air Bersih Belum Menjangkau Semua Wilayah

Dalam Global Competitiveness Report 2018, WEF menyebut masih ada 19,2 persen penduduk di berbagai wilayah Indonesia yang kesulitan mendapat air minum layak konsumsi.

Artinya, ada sekitar 50 juta orang yang beresiko terkena penyakit akibat kekurangan air bersih. Dalam hal ini Indonesia berada di peringkat ke-92 dari 140 negara.

WEF juga menyebut pembangunan infrastruktur air bersih sepanjang tahun 2018 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.


Pasokan Air Belum Maksimal

WEF mensurvei sejumlah warga negara Indonesia tentang kemampuan pemerintah dalam menyediakan pasokan air. Dalam survei tersebut, responden diminta memberi skor antara 1 sampai 7.

Skor 1 berarti “tidak dapat diandalkan", sedangkan skor 7 berarti “sangat bisa diandalkan”.

Dan hasilnya, rata-rata responden memberi nilai 4,6 untuk kemampuan pemerintah dalam memasok air.

Menurut data WEF, nilai ini sudah mengalami perbaikan dari tahun lalu.


Konektivitas Jalan Masih Rendah

Konektivitas jalan ditentukan oleh dua faktor. Pertama, apakah jalanan di suatu negara bisa menghubungkan 10 kota atau lebih dan bisa diakses oleh minimal 15 persen penduduknya?

Kedua, apakah jalan tersebut bisa memudahkan mobilisasi dari pelosok daerah ke kota besar?

WEF melakukan penilaian ini menggunakan perangkat API Google Direction dan Open Street Map.

Dan hasilnya, WEF memberi Indonesia skor 34,6 dari 100. Tingkat konektivitas jalan Indonesia dinilai masih rendah.

WEF juga menilai belum ada peningkatan konektivitas jalan dalam setahun terakhir.


Kualitas Jalan Belum Maksimal

WEF membuat survei tentang kualitas infrastruktur jalan di Indonesia. Nilai 1 untuk menggambarkan kondisi “sangat buruk”, dan nilai 7 untuk “sangat baik”.

Hasilnya, rata-rata responden memberi skor 3,9 untuk kualitas jalan di Indonesia. Skor tersebut menunjukkan penurunan dibanding tahun sebelumnya.


Konektivitas Bandara Sangat Bagus

Konektivitas bandara di Indonesia dinilai sangat bagus hingga mencapai skor maksimal, yakni 100 dari 100.

Penilaian ini didasarkan pada data International Air Transport Association (IATA) yang mengukur integrasi penerbangan suatu negara dengan jaringan transportasi udara global. 

Menurut WEF nilai ini masih sama dengan tahun lalu, dan kini konektivitas bandara Indonesia menempati peringkat ke-5 terbaik di dunia.


Konektivitas Kapal Barang Meningkat

Tingkat konektivitas kapal barang dinilai berdasarkan jumlah unit kapal, jaringan koordinasi suatu kapal dengan kapal lain, ukuran badan kapal, kapasitas peti kemas, dan lain sebagainya.

Dalam melakukan penilaian WEF menggunakan data dari United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), yakni data hasil konferensi PBB tentang perdagangan dan pembangunan.

Hasilnya, WEF memberi Indonesia skor sebesar 40,9 dari 100. Skor ini telah meningkat dari tahun lalu dan menempati peringkat ke-41 dari 140 negara dunia.


Akses Listrik Meningkat

Berdasarkan data dari International Energy Agency (IEA), listrik di Indonesia telah menjangkau sekitar 91,2 persen dari seluruh populasi. Persentase ini sudah meningkat dari tahun sebelumnya.

Kendati demikian masih ada 8,8 persen atau sekitar 23 juta warga negara Indonesia yang belum terjangkau listrik.

Alhasil, biarpun mengalami progres, infrastruktur listrik Indonesia berada di peringkat cukup rendah, yakni peringkat 98 dari 140 negara.


Rel Kereta Sangat Minim

Nilai untuk kategori ini diberikan berdasarkan ukuran panjang rel per 1 kilometer persegi lahan.

Hasilnya, WEF memberi nilai 6,1 dari 100 yang artinya jumlah rel kereta di Indonesia masih sangat rendah.

WEF juga mencatat, sejak tahun lalu belum ada langkah pembangunan rel baru yang signifikan.

(Sumber: The Global Competitiveness Index 2018)

 

  • infrastruktur
  • air bersih
  • listrik
  • bandara
  • kereta
  • kapal barang
  • Global Competitiveness Report
  • daya saing global

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!