HEADLINE

Korban Tewas Banjir dan Longsor 60 Orang, 2 Masih Hilang

""Di Bogor itu ada 16, kemudian yang kedua di Kota Bekasi 9, kemudian ada yang 9 lagi ini, Lebak""

Korban Tewas Banjir dan Longsor  60 Orang, 2 Masih Hilang
Petugas mencari korban tanah longsor di Kampung Sinar Harapan, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (5/1/2020). (Antara/Arif)

KBR, Jakarta-  Korban tewas akibat bencana banjir dan tanah longsor mencapai 60 orang. Selain itu, ada dua orang yang masih dalam pencarian akibat tertimbun longsor di Sukajaya, Kabupaten Bogor.

Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo menyatakan, jumlah itu merupakan yang terbaru hingga Minggu (5/1/2020) malam.

"Terbanyak (korban tewas) di Bogor. Di Bogor itu ada 16, kemudian yang kedua di Kota Bekasi 9, kemudian ada yang 9 lagi ini, Lebak (ada) 9. Itu yang paling banyak 3 (daerah) itu," jelas Agus saat dihubungi KBR, Minggu (5/1/2020) malam.


Agus mengklaim, saat ini hampir 90 persen daerah yang sempat terkena banjir di Jabodetabek sudah mulai surut. Hanya ada beberapa titik genangan air yang masih terpantau di Bekasi dan Jakarta Utara. Agus juga menyebut banyak pengungsi yang mulai kembali ke rumahnya masing-masing.


Kata Agus, saat ini tengah ditetapkan status tanggap darurat pascabanjir dan longsor. Fokus dari BNPB selain membenahi infrastruktur yang rusak, juga membersihkan jalan dan rumah-rumah warga yang terdampak. Kegiatan ini dilakukan hingga  Selasa (07/01) besok.

"Kalau masih perlu diperpanjang ya diperpanjang lagi nanti," tambahnya.

Sebelumnya, hujan deras mengakibatkan banjir dan longsor di sejumlah wilayah Jakarta, Banteng, dan Jabar pada awal tahun ini. Sedikitnya ada 400 ribu orang terdampak bencana ini.

 

Editor: Rony Sitanggang

  • Bencana Kontingensi
  • Doni Monardo
  • BNPB
  • Inpres Antisipasi Bencana

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!