BERITA

Bom Molotov di Rumah Pimpinan KPK, Berikut Keterangan Para Saksi dan Ketua RT

"Seorang tetangga bernama Anita (39 tahun) menceritakan dirinya sempat mendengar bunyi botol pecah. Setelahnya diikuti suara pengendara motor yang melaju kencang."

Bom Molotov di Rumah Pimpinan KPK, Berikut Keterangan Para Saksi dan Ketua RT
Rumah Wakil Pimpinan KPK Laode M Syarif di Jalan Kalibata Selatan, Jakarta, yang dilempar bom molotov, Rabu (09/01/2019). Foto: Heru Haetamii/KBR

KBR, Jakarta- Rumah Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M Syarif diserang orang dengan bom molotov pada Rabu dini hari. Tidak ada korban jiwa atau luka dalam peristiwa itu. Namun, pada dinding depan rumahnya terdapat warna hitam bekas terbakar. Dinding yang berada di depan garasi rumahnya itu diduga menjadi titik lemparan bom. 

Seorang tetangga bernama Anita (39 tahun) menceritakan dirinya sempat mendengar bunyi botol pecah. Setelahnya diikuti suara pengendara motor yang melaju kencang.

"Dengar tengah malam kayak ada botol kaca. Karena dulu ada yang ngelempar ke gang, bunyinya seperti botol pecah. Lalu ada bunyi bluk. Habis itu ada suara motor kencang. Jam 12 malam menjelang setengah 1. Kencang! Ngebut ngegas gitu," kata Anita di lokasi, Jalan Kalibata Selatan, Jakarta, Rabu (09/01/2019).

Saksi lain Suwarni (59 tahun) menyebut, ia sempat melihat botol kaca dan sumbu yang mengeluarkan api. Suwarni adalah tetangga Laode yang berjualan di depan rumah wakil pimpinan KPK tersebut.

"Bom di situ terus sampai 6.30 WIB. Sudah cerah juga. Lagi jualan kue lagi duduk. Mulai jualan jam 5 pagi. Pas sopir datang saya lihat sopir naik motor. Jam 5 lewat. Pas sopir datang teriak dari dalam. Pembantunya sudah ibu-ibu" kata Suwarni di TKP, Jakarta. Rabu (09/01/2019).

Suwarni mengatakan penghuni rumah pun tidak berani keluar rumah. 

"Botol kaca ada apinya. Ada sumbunya di pojok pintu. Pas ada sopir datang, pas mau buka pintu mau lihat itu. Pas sopir datang kuncinya dilempar ke luar, yang nyuruh pembantunya. Ada apa pak bambang? 'Ada bom molotov!'," tutur Suwarni menirukan apa yang dikatakan sopir Laode pagi itu. 

"Enggak lama Pak laode dan istrinya keluar. Cuma lihat saja keluar. Lalu telepon," sambungnya.

Ketua RT 01 Jatmiko mengaku di wilayahnya sudah ada penjagaan dengan pos keamanan yang ketat. Pos ini merupakan satu satunya akses ke jalan yang juga melintasi bagian rumah Laode yang menjadi lokasi penyerangan.

Kendati demikian, pos yang menjaga jalan utama itu tidak diberikan portal penutup. Sebab, kata dia, belum ada koordinasi dengan tiga RW yang dilintasi jalur utama itu.

"Kalau jalan utama tidak ditutup. Karena melibatkan RW 4, RW 3, RW 6. Sampai sekarang belum terkoordinasi jamnya sama yang bertugas makanya belum ada portal penutup," kata Jatmiko saat ditemui di pos pengamanan, Rabu (09/01/2019).

Sementara itu, Jatmiko mengaku belum menemui penjaga yang bertugas di wilayahnya dan menanyakan apakah ada orang yang mencurigakan. 

"Saya belum ketemu penjaga saya, belum ada laporan orang yang mencurigakan. Dari RT dari RW belum ada minta informasi ke saya," tutupnya.

Polisi Periksa Saksi dan Barang Bukti

Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) saat ini tengah menyelidiki kasus dugaan serangan bom molotov ke rumah dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, Agus Rahardjo dan Laode Muhammad Syarif. Juru bicara Mabes Polri, Dedi Prasetyo berjanji polisi akan segera mengungkap kasus tersebut.

“Polda Metro sedang membentuk tim, tentunya akan di-back up oleh Mabes Polri dalam hal ini tentunya Densus 88. Akan segera mungkin mengungkap peristiwa yang terjadi di kediaman Bapak Agus maupun Bapak Laode. Jadi itu yang saya sampaikan berikan kesempatan kepada tim yang dibentuk dan dibantu Densus 88, segera mungkin untuk mengungkap kasus tersebut,” ujar Dedi, kepada wartawan di kantornya, Rabu (09/01/2019).

Polisi berpangkat bintang satu ini mengatakan tim gabungan itu kini sedang memeriksa barang bukti yang didapat di dua lokasi kejadian, baik di Bekasi maupun di Jakarta Selatan. Bukti yang didapat di tempat kejadian perkara (TKP) antara lain pecahan botol di rumah Laode, dan pipa paralon dengan rangkaian kabel, serta sebuah tas hitam di rumah Agus Rahardjo 

Polisi juga memeriksa saksi yang diduga mengetahui kejadian tersebut. Namun, kata dia, kepolisian belum bisa memastikan apakah benar yang meledak di halaman rumah kedua pimpinan KPK tersebut bom molotov. Saat ini kepolisian meningkatkan pengamanan di rumah Laode di Jakarta dan Agus Rahardjo di Bekasi. 

Sementara itu, lembaga antirasuah turut menurunkan tim guna berkoordinasi dengan pihak kepolisian. Juru bicara KPK, Febri Diansyah mengatakan pihaknya sudah mendapatkan perkembangan awal dari polri, yakni telah dilakukannya olah TKP dan analisis forensik. KPK, kata dia, sedang menunggu hasil dari proses penegakan hukum yang sedang ditangani kepolisian.

"Yang agak berbeda hari ini tentu ada koordinasi yang kami lakukan dengan pihak Polri terkait dengan peristiwa tadi pagi. Pimpinan dan tim yang ditugaskan juga sudah ke lokasi untuk melakukan koordinasi tersebut," ujar Febri di Gedung Merah Putih KPK, Kuningan, Rabu (9/1/2019).

Febri menuturkan, lembaganya belum mengetahui apakah teror yang dilakukan beririsan dengan penanganan perkara yang sedang ditangani atau tidak. 

"Belum ada, karena fakta-faktanya perlu ditemukan dulu oleh tim dari Polri, baru kemudian dari fakta-fakta itu dilihat apa keterkaitannya, motifnya dan lain-lain. Jadi, lebih baik kita tunggu penegak hukum bekerja terlebih dulu agar informasinya bisa lebih mempunyai dasar dan lebih substansial prosesnya nanti," sambung Febri.

Setelah serangan ini Febri mengatakan, KPK bakal membahasnya lebih lanjut soal mitigasi risiko keamanan di seluruh elemen. KPK juga akan melakukan pemetaan risiko dan tidak menutup kemungkinan untuk menambah pengamanan. 

Editor: Sindu Dharmawan

 

  • KPK
  • Laode M Syarif
  • Bom Molotov
  • Polri

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!