BERITA

Impor, Operasi Pasar Bulog Tak Mampu Turunkan Harga

""Harga terus bergerak ke atas operasi harus dilakukan untuk meredam kemudian stok ada yang ada terus tergerus.""

Impor,  Operasi Pasar Bulog Tak Mampu Turunkan Harga
Petani membentangkan poster bertuliskan Stop Impor Beras, saat aksi tunggal di area persawahan Desa Undaan, Kudus, Jawa Tengah (15/1). (Foto: Antara)

KBR, Jakarta- Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti mengatakan, harga beras di pasaran sejak November 2017 hingga perengahan Januari 2017 terus mengalami kenaikan. Menurutnya, tingginya harga beras di pasaran merupakan indikasi kurangnya pasokan.


Djarot mengatakan, Bulog telah berupaya mengendalikan harga dengan melakukan operasi pasar sejak November 2017 namun harga beras tak beranjak turun. Selama 15 hari di awal 2018 bulog telah melakukan operasi pasar sebanyak 70 ribu ton beras.


"Dengan kondisi harga terus bergerak ke atas operasi  harus dilakukan untuk meredam kemudian stok ada yang ada terus tergerus. Dan untuk mengisi stok dalam negeri yang posisinya masih kecil terhitung tanggal 15 bulog diminta untuk melakukan importasi sampai dengan akhir Februari," kata Djarot di Komplek Parlemen RI, Kamis (18/01/18).


Djarot mengatakan, dalam mengendalikan harga beras di pasaran Bulog harus terus menambah jumlah operasi pasar. Namun dalam beberapa bulan terakhir serapan beras Bulog sangat kecil. Pada awal Januari 2018 Bulog hanya mampu menyerap 1.400 ton.


Menurut Djarot, serapan beras yang kecil selain diakibatkan jumlah panen yang sedikit juga diakibatkan harga gabah yang tinggi. Ia mengatakan, harga gabah di pasaran saat ini lebih dari Rp 6 ribu perkilogram. Harga tersebut jauh dari harga patokan Pemerintah (PPH) sebesar Rp 3.700 perkilogram dengan fleksibilitas Rp 4.030 perkilogram.


"Kami hanya bisa mengambil sedikit sekali dari ujung-ujung yang tak tersentuh mekanisme pasar," kata Dia.


Atas dasar itu, Bulog ditugaskan Kementerian Perdagangan untuk mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton. Djarot mengatakan, diharapkan beras impor bisa masuk ke Indonesia pasar pertengahan Februari 2018.


Sementara itu Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang Zulkifli Rasyid mengatakan  sudah meminta impor beras sejak dua bulan lalu. Sebab, ada indikasi ketersediaan stok beras di pasar akan sangat kurang.

Kata Zulkifli  Menteri Pertanian Amran Sulaiman tidak mendengarkan permintaannya.


"Beras medium ini langka di pasaran. Sampai sekarang masih kurang. (Kenapa baru sekarang ada wacana impor?) Justru saya berkali-kali ngomong dua bulan lalu, Pak ada kehawatiran kita kosong, kita harus impor. Dia bilang, tidak akan ada impor sampai April 2018. Kalau kata dia (stoknya masih ada) 35 ribu ton. Tapi saya gak mau jawab," kata dia, di kawawan Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (18/1).


Dia menceritakan, saat mempertanyakan ketersediaan stok beras kepada Menteri Pertanian beberapa bulan lali, menteri mengklaim stok beras masih tercukupi bahkan lebih. Zulkifli menilai, pernyataan menteri itu tidak sesuai dengan fakta bahwa stok beras di pasar kian sedikit sehingga membuat harga menjadi tinggi.


Zulkifli, yang telah puluhan tahun memahami Pasar Induk Cipinang, mengatakan baru kali ini mendapati harga beras yang sangat tinggi. Harganya mencapai Rp13 ribu sampai Rp14 ribu per liter.


Dia bahkan mengritisi kebijakan pemerintah mengenai Harga Eceran Tertinggi. Menurutnya, kebijakan tersebut tidak berlaku   karena semua harga beras di banyak pasar berada di atas HET.


"HET beras medium Rp9.450, tapi di pasar mencapai Rp11 ribu. Sedangkan HET beras premium Rp12.800, namun di pasar sampai Rp13 ribu," kata dia.


Editor: Rony Sitanggang

 

  • beras impor
  • Dirut Bulog Djarot Kusumayakti
  • Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang Zulkifli Rasyid

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!