BERITA

AJI Jakarta: Upah Layak Jurnalis Pemula Rp 7,9 Juta

AJI Jakarta: Upah Layak Jurnalis Pemula Rp 7,9 Juta

KBR, Jakarta - Aliansi Jurnalis Independen(AJI) Jakarta merilis besaran upah layak bagi jurnalis pemula pada 2018 sebesar Rp 7,9 juta. Koordinator Survei Upah Layak AJI Jakarta Hayati Nupus mengatakan angka upah layak tahun ini meningkat dibandingkan tahun 2016, Rp 7,5 juta.

Dari 29 media yang disurvei, hanya Harian Kompas yang sudah menggaji jurnalisnya secara layak. AJI Jakarta mencatat upah jurnalis pemula di koran Kompas Rp 8,7 juta per bulan.


"Upah layak akan berdampak jurnalis bisa bekerja lebih profesional, tidak menerima amplop. Artinya independensi juga terjaga, mutu produk jurnalisme terjaga, dan menjaga masa depan jurnalisme, juga demokrasi," ujar Nupus di Jakarta, Minggu(14/1).


Berbanding terbalik, AJI Jakarta masih menemukan sejumlah media yang menggaji jurnalisnya di bawah standar upah minimum. Beberapa di antaranya adalah inilah.com yang menggaji jurnalis pemulanya Rp 3,1 juta, atau Radio Republik Indonesia (RRI) dan jawapos.com Rp 3,2 juta. Sementara 2017 saja, upah minimum regional DKI Jakarta sebesar Rp 3,35 juta.


Kesenjangan gaji juga ditemukan di media-media yang memiliki lebih dari satu macam produk seperti Kompas dengan surat kabar, portal berita, serta TV-nya. Gaji yang diterima jurnalis portal berita serta televisi mereka kurang-lebih hanya setengah dari yang diterima jurnalis cetak mereka.


Ketua AJI Jakarta Ahmad Nurhasim mengatakan besaran upah bagi jurnalis akan mempengaruhi kinerja dan mutu produk yang dihasilkan sebuah media.


"Ini berbahaya bagi masa depan jurnalisme dan masa depan demokrasi di Indonesia karena berita yang dihasilkan dari jurnalisme amplop berpotensi menjadi racun bagi kebebasan pers."

Editor: Sasmito

  • AJI
  • upah
  • jurnalis
  • jakarta

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!