KBR - Kelompok bersenjata menculik 79 pelajar dari sekolah asrama di wilayah barat laut Kamerun, pada Senin (5/11/2018). Penculikan terjadi Kota Bamenda di wilayah Kamerun, di mana di kawasan ini menggunakan Bahasa Inggris.
"Total 81 orang diculik termasuk kepala sekolah. Mereka dibawa ke hutan," demikian dilansir dari Reuters. Tentara disebut mulai menyusuri daerah itu.
Seorang Juru Bicara Militer menyatakan penculikan itu kemungkinan besar dilakukan oleh kelompok separatis. Samuel Fonki, seorang pendeta di Gereja Presbyterian di Kamerun mengatakan menjadi perantara untuk membebaskan para sandera. Fonki juga menyebut kelompok separatis yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
"Mereka mengatakan, saya harus menutup sekolah. Mereka meminta tebusan," kata Fonki kepada Reuters.
Namun begitu, tidak ada nominal pasti untuk tebusan tersebut. Para pejuang separatis Anglophone yang menyerukan kemerdekaan dari Pemerintahan Kamerun, sebagian besar telah dituduh melakukan penculikan. Tapi tuduhan itu dibantah oleh seorang juru bicara kelompok separatis.
Gerakan separatis di negara itu dinyatakan meningkat pada 2017 setelah tindakan keras pemerintah terhadap demonstrasi damai. Salah satu pemicunya, guru-guru yang berbahasa Perancis dikirim ke sekolah-sekolah Berbahasa Inggris di wilayah Barat Laut dan Barat Daya Kamerun. Kekerasan meningkat pada 2018, termasuk pembunuhan tentara dan warga sipil.
Editor: Nurika Manan