BERITA

WHO: 90% Anak-Anak di Dunia Menghirup Udara Beracun

"Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, udara beracun dapat merusak kecerdasan anak dan menyebabkan ratusan ribu kematian. "

Pricilia Indah Pratiwi

WHO: 90% Anak-Anak di Dunia Menghirup Udara Beracun
Anak-anak menutupi wajah mereka dari polusi udara di New Delhi, India. (Foto: Hindustan Times / Hindustan Times / Getty Images)

KBR - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan udara beracun dapat merusak kecerdasan anak dan mengakibatkan ratusan ribu kematian. Dalam studinya, WHO juga menemukan lebih dari 90% anak-anak di dunia atau sekitar 1,8 miliar anak menghirup udara beracun.

"Udara yang tercemar meracuni jutaan anak dan menghancurkan hidup mereka. Ini tidak bisa dimaafkan, setiap anak harus bisa menghirup udara bersih sehingga mereka dapat tumbuh dan memenuhi potensi mereka," kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom, dilansir dari The Guardian.

Temuan ini bertepatan dengan dimulainya konferensi global pertama tentang polusi udara dan kesehatan di Jenewa, Swiss. Termasuk hari aksi tingkat tinggi, di mana negara dan kota diharapkan membuat komitmen baru untuk mengurangi polusi udara.

Studi WHO menemukan, anak-anak sangat rentan terhadap polusi udara karena polutan sering lebih terkonsentrasi lebih dekat ke permukaan tanah. Organ anak-anak yang sedang berkembang dan sistem saraf mereka juga lebih rentan terhadap kerusakan jangka panjang daripada orang dewasa.

"Polusi udara mengerdilkan otak anak-anak kita, mempengaruhi kesehatan mereka dengan cara yang lebih dari yang kita duga," kata Dr Maria Neira selaku direktur WHO untuk kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Penelitian itu mengungkap sekitar 600 ribu anak meninggal akibat infeksi pernafasan bawah akut yang disebabkan udara kotor. Sebanyak 93% diantaranya terpapar salah satu polutan yang paling merusak, yaitu PM2.5. Di negara-negara miskin, 98% dari seluruh anak balita terpapar PM2.5 di atas ambang batas WHO.

Perempuan hamil juga rentan dengan udara kotor. Kondisi tersebut lantas dihubungkan dengan anak-anak yang lahir prematur dan kurus. Polusi udara juga meningkatkan risiko penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskular pada kemudian hari.

Secara global, konsumsi rokok menurun. Sebab kematian setiap tahunnya pun kini tercatat lebih banyak dikarenakan polusi udara dibanding tembakau.

Laporan tersebut menemukan polusi udara baik di dalam maupun di luar ruangan telah menyebabkan masalah kesehatan yang signifikan. Dikatakan bahwa penggunaan bahan bakar seperti kayu bakar berdampak drastis terhadap kesehatan anak-anak. Karena itu lembaga kesehatan dunia ini meminta pemerintah untuk mempromosikan alternatif bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Mark Watts, direktur eksekutif grup C40 Cities, yang mewakili kota-kota di seluruh dunia yang bekerja untuk mengatasi krisis iklim dan polusi udara, mengatakan laporan tersebut adalah seruan untuk menempuh langkah konkret.

"Kasus moral dan praktis untuk tindakan mendesak, berani dan jauh-jauh untuk mengurangi emisi, termasuk mengakhiri era bahan bakar fosil, sekarang benar-benar tak terbantahkan," kata dia.

"Warga menuntut tindakan untuk melindungi anak-anak mereka, wali kota kota-kota besar dunia sedang mengatur untuk mengambil kendaraan kotor dari jalanan dan memangkas emisi dari bangunan dan limbah. Sekarang adalah saat bagi pemerintah, produsen mobil, dan pencemar besar lainnya untuk melangkah," terang Mark Watts lagi.

Sementara Direktur WHO Neira mengatakan krisis polusi udara dan keadaan darurat iklim hanya bisa diatasi bersama. "Solusinya adalah agenda kesehatan masyarakat dasar yang akan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan," tutur Neira.

"Tidak peduli apa lagi, kita tahu bahwa kita perlu membubarkan masyarakat kita lebih cepat daripada nanti dan manfaat dari itu untuk kesehatan kita dan ekonomi kita tidak terbantahkan," sambungnya.



Editor: Nurika Manan

  • polusi udara
  • WHO
  • kesehatan anak

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!