BERITA

Partikel Polusi Udara Ditemukan di Plasenta Ibu Hamil, Apa Dampaknya?

Partikel Polusi Udara Ditemukan di Plasenta Ibu Hamil, Apa Dampaknya?

KBR - Para ilmuwan dari Queen Mary University of London menemukan partikel polusi udara yang bergerak melalui paru-paru perempuan hamil, menetap di plasenta, dan berpotensi memengaruhi janin.

Studi ini meneliti plasenta dari lima perempuan hamil di London, Inggris. Temuannya, partikel-partikel dari polusi udara itu masuk ke plasenta sang ibu.

"Kami tidak tahu apakah partikel yang kami temukan juga bisa bergerak ke janin, tetapi bukti kami menunjukkan bahwa ada kemungkinan begitu," kata Norrice Liu, seorang dokter anak dan peneliti klinis di Queen Mary University di London yang memimpin penelitian dilansir dari CNN, Senin (17/9/2018).

"Kami juga tahu bahwa partikel tidak perlu masuk ke tubuh bayi untuk memberi efek buruk. Karena jika mereka memiliki efek pada plasenta, ini akan berdampak langsung pada janin," tambahnya.

Kelima perempuan hamil yang mengambil bagian dalam penelitian ini semuanya dijadwalkan untuk melahirkan secara sesar. Kelimanya bukan perokok dan melahirkan bayi yang sehat tanpa komplikasi. Peneliti lantas memeriksa plasenta--organ yang menempel pada rahim yang mengubungkan ibu dengan janin--atas persetujuan dari masing-masing perempuan. 

Plasenta memungkinkan oksigen dan nutrisi melewati pasokan darah ibu ke janin melalui tali pusat dan juga memastikan pembuangan limbah apapun.

Studi ini juga mengamati makrofag plasenta. Sel-sel ini adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh yang menangani partikel berbahaya, seperti bakteri dan partikel polusi, yang berfungsi melindungi plasenta.

Menurut laporan tersebut, tim meneliti 3.500 sel makrofag dari lima plasenta itu. Hasilnya, peneliti menemukan sebanyak 60 sel mengandung 72 area gelap, yang diyakini sebagai partikel karbon.

"Kami sudah tahu untuk sementara waktu bahwa polusi udara memengaruhi perkembangan janin dan dapat terus memengaruhi bayi setelah lahir dan sepanjang hidup mereka," kata Lisa Miyashita dari Queen Mary University of London, yang juga mempresentasikan penelitian ini.

"Kami tertarik untuk melihat apakah efek ini bisa disebabkan oleh partikel polusi yang bergerak dari paru-paru ibu ke plasenta. Sampai sekarang, ada sangat sedikit bukti bahwa partikel yang dihirup masuk ke dalam darah dari paru-paru," imbuhnya.

Dalam sebuah pernyataan, presiden European Respiratory Society, Mina Gaga mengusulkan perlu segera menyusun sebuah kebijakan agar udara lebih segar dan bersih. Langkah ini untuk mengurangi dampak polusi pada kesehatan warga di seluruh dunia.

Temuan dalam penelitian tersebut didasarkan pada penelitian sebelumnya yang, menunjukan polusi udara secara signifikan meningkatkan risiko kelahiran prematur dan berat lahir rendah.

"Kami memiliki bukti kuat bahwa tingkat polusi udara yang lebih tinggi di London terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari hasil kehamilan yang merugikan," kata Mireille Toledano, Ketua Epidemiologi Lingkungan Perinatal dan Pediatri di Imperial College London.

"Jelas bahwa tingkat polusi udara peraturan saat ini tidak cukup melindungi ibu hamil dan bayi yang belum lahir. Dan ini perlu segera ditangani oleh pembuat kebijakan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat," tambahnya yang kini tak terlibat dalam penelitian terbaru.

Sebuah laporan yang diterbitkan oleh UNICEF pada Desember 2017 menyebutkan, ada hampir 17 juta bayi di bawah usia satu tahun yang tinggal di daerah dengan tingkat polusi enam kali lebih tinggi dibanding batas internasional.



Editor: Nurika Manan

  • polusi udara
  • sains
  • pengetahuan
  • kesehatan janin
  • Kesehatan
  • ibu hamil

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!