BERITA

Ingin Selidiki Pembunuhan Geng Narkoba, Senator Pengkritik Utama Duterte Dicopot

Ingin Selidiki Pembunuhan Geng Narkoba, Senator Pengkritik Utama Duterte Dicopot

KBR - Senator Leila de Lima disingkirkan dari jabatan Ketua Komite Hukum dan Hak Asasi Manusia di Senat Filipina.

Senator yang juga seorang pengacara itu dicopot karena terus berusaha menyelidiki dugaan kejahatan negara dalam kasus pembunuhan massal terhadap orang-orang yang dicurigai terlibat sindikat narkoba.


Media di Filipina menyebutkan kampanye perang melawan narkoba di negara itu menyebabkan lebih dari tiga ribu orang tewas sejak Rodrigo Duterte menduduki jabatan presiden pada 30 Juni lalu. Selain itu, lebih dari 600 ribu orang lainnya menyerah karena takut dibunuh.


Kasus pembunuhan besar-besaran itu memicu protes dari kalangan pegiat hak asasi manusia, hingga pemerintah Amerika Serikat dan petinggi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).


Dalam sebuah pemungutan suara di Komite Hukum dan HAM, para senator pendukung Duterte beraliansi dan memutuskan mencopot Leila de Lima.


Salah seorang senator pendukung Duterte yang menginisiasi pencopotan Leila de Lima adalah bintang tinju Manny Pacquiao. Pacquiao menginginkan agar de Lima dicopot dan delapan anggotanya diganti dari Komite Hukum dan HAM Senat.


Para penentang Leila menyebut, senator itu membuat citra buruk terhadap upaya pemerintah memerangi narkoba, melalui pemberitaan di media lokal maupun internasional.


"Pencopotan Senator De Lima dilakukan terang-terangan dan tapi juga sikap penakut yang bisa menjatuhkan akuntabilitas pemerintah Duterte, terkait jumlah korban tewas selama kampanye perang melawan narkoba yang dilakukan Presiden Duterte," begitu kritik LSM Human Rights Watch (HRW) yang berbasis di New York, Amerika.


"Lembaga Senat menunjukkan ketertarikan yang luar biasa untuk menutupi tuduhan pembunuhan oleh negara, daripada mengungkapkannya," tulis HRW.


Organisasi Human Rights Watch mendesak para senator menentang upaya-upaya dan taktik Presiden Duterte, dan memulihkan posisi Senator Leila de Lima.


Sementara itu para senator yang beraliansi dengan Presiden Duterte mengatakan meski Leila de Lima dicopot dari jabatannya, investigasi terhadap dugaan pembunuhan geng narkoba secara melanggar hukum tetap akan dilakukan oleh penggantinya, Senator Richard Gordon sebagai Ketua Komite Hukum dan HAM yang baru.


Leila de Lima merupakan salah satu penentang kebijakan Presiden Duterte soal kampanye brutal melawan mafia narkoba. Leila merupakan bekas kepala Komisi Hak Asasi Manusia Filipina saat negara itu dipimpin Presiden Gloria Macapagal Arroyo.


Ketika pemerintah berganti Presiden Benigno Aquino, Leila de Lima diangkat sebagai Sekretaris Kementerian Hukum dan HAM.


Leila menyelidiki dugaan keterlibatan Duterte dalam kasus pembunuhan yang dilakukan aparat terhadap para pelaku kriminal tanpa proses hukum. Terutama saat Duterte menjabat Walikota di Kota Davao Selatan.


"Saya yakin Presiden Duterte berada di belakang (kasus pembunuhan) ini," kata Leila de Lima kepada media.


"Saya tahu saya akan terus disalib, karena Presiden sendiri yang menginginkannya. Bahkan ketika saya menginginkan penyelidikan menyeluruh atas pembunuhan massal yang dilakukan pemerintahannya," kata De Lima.


Pada saat memimpin sidang dengar pendapat di Komite Hukum dan HAM, Leila de Lima menghadirkan seorang bekas milisi. Milisi itu bersaksi bahwa Duterte saat menjabat Walikota Davao memerintahkannya bersama anggota milisi lain untuk membunuhi para penjahat, hingga menewaskan sekitar seribu orang.


Sementara itu, Presiden Duterte menuding senator De Lima terlibat dalam peredaran narkoba. Duterte menyebut sopir senator itu mendapat banyak uang dari mafia narkoba. Tudingan itu dibantah Senator de Lima. Namun, kelompok-kelompok pendukung Duterte di DPR berniat melakukan penyelidikan terhadap dugaan keterlibatan De Lima.


Pemerintahan Duterte juga menginginkan perpanjangan enam bulan untuk melakukan perang melawan mafia narkoba. Duterte beralasan ada begitu banyak orang yang terlibat dalam perdagangan barang terlarang itu. (Washington Post/AFP/Inquirer) 

  • Rodrigo Duterte
  • Filipina
  • narkoba

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!