INTERMEZZO

Ketika Para Penyintas Kanker Saling Menguatkan

""Para penyintas di stadium awal ini malah sudah hancur duluan psikisnya walau secara medis masih punya kesempatan besar untuk sembuh""

Ketika Para Penyintas Kanker Saling Menguatkan
(ki-ka) Esterina Sutiono, Sri Suharti dan Siti Soedarmayanti Perwakilan dari Cancer Information and Support Center (CISC) saat berbincang di Ruang Publik KBR

KBR, Jakarta – Kanker masih menjadi salah satu penyakit berbahaya di Indonesia. Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) pernah menyebut pada tahun 2030, jumlah penderita kanker di Indonesia akan meningkat tujuh kali lipat.

Selain menjalani perawatan dan pencegahan, tidak kalah penting juga mendapatkan dukungan dari keluarga dan para sesama penyintas. Cancer Information and Support Center (CISC), sebuah komunitas kanker yang sudah berusia 15 tahun mencoba menjadi wadah penyemangat antar sesama penyintas kanker di Indonesia.

Komunitas yang memiliki visi menjadi lembaga unggulan kanker di Indonesia ini mengaku penting bagi para penyintas mendapat dukungan secara moril dari orang lain yang mengalami hal serupa dengan dirinya. Kerap kali penyintas yang menderita kanker di stadium awal telah patah semangat dan tidak memiliki gairah untuk hidup lagi.

“Jadi para penyintas di stadium awal ini malah sudah hancur duluan psikisnya, walau secara medis masih punya kesempatan besar untuk sembuh. Tapi karena sudah down, maka kadang yang seperti itu jadi lebih cepat meninggalnya dibanding sama yang sudah stadium lanjut,” ujar Sri Suharti, perwakilan dari CISC sekaligus penyintas kanker payudara dalam program Ruang Publik KBR, Jumat (23/11/2018). 

Hal itu pulalah yang dirasakan Siti Soedarmayanti, salah satu perwakilan CISC. Ia menceritakan, awal mula dirinya bergabung dengan komunitas ini pada Desember 2016. Kala itu dirinya telah melewati serangkaian tindakan medis setelah dinyatakan menderita kanker ovarium (indung telur) stadium 4 pada awal tahun 2016.

“Rasanya hancur sekali ya, ketika mendapatkan vonis tersebut. Tapi saat bergabung dengan teman-teman penyintas yang lain, dan bahkan di sini ada kegiatan kesenian tarinya juga, sedikit demi sedikit semangat hidup saya mulai muncul lagi,” ungkap wanita yang akrab dipanggil Yanti ini.

“Kami mau komunitas kami jadi penyemangat bagi mereka yang sudah kehilangan harapan ketika menghadapi penyakit ini,” tambah Esterina Sutiono, Humas CISC.

Satu hal yang menjadi penting tergabung dalam sebuah support group sesama penyintas bagi penderita kanker adalah, mereka bukan hanya mendapatkan dukungan secara moril, tapi juga mendapat masukan berdasarkan pengalaman-pengalaman dari penyintas lainnya.

Berdasarkan pengalaman para penyintas, kerap kali ketika mereka hanya mengandalkan dukungan dari keluarga, mereka hanya menjadi sosok pribadi yang sok kuat.

Namun ketika bergabung dengan grup sesama penyintas, mereka akan dipertemukan dengan orang-orang yang mengalami kondisi yang sama dan sepenanggungan. Itu menjadi alasan mengapa dukungan dari grup penyintas bisa menjadi lebih emosional dan berpengaruh pada kondisi penyintas selama menghadapi penyakit kanker.

Selain beranggotakan para penyintas kanker, komunitas ini juga memiliki para dokter dan tenaga ahli yang bisa diajak diskusi membahas segala hal terkait kanker.

Dalam menjalin komunikasi, komunitas ini memiliki grup bertukar pesan. Menariknya, tiap grup tersebut dibedakan anggotanya sesuai jenis kanker yang dihidap oleh para penyintas.

“Bagi yang mau bergabung bisa hubungi nomor 08176088785. Di sana kita bisa saling menguatkan dan tanya-tanya ke dokter yang juga tergabung di grup tersebut,” kata Esterina.

Bukan hanya berkomunikasi lewat sebuah grup pesan, komunitas CISC juga memiliki jadwal pertemuan rutin pada hari Sabtu pekan kedua di tiap bulannya. Pertemuan tersebut dilakukan di aula radioterapi RSCM Jakarta.

   

  • kanker
  • Penyintas kanker
  • support

Komentar (1)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • the iwan thebez3 years ago

    Sy penderita ca paru mau bergabung di grup