BERITA

Apa Kabar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Bidang Pendidikan?

Apa Kabar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Bidang Pendidikan?

KBR, Jakarta - Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di bidang pendidikan berpotensi mendukung proses mengajar dan belajar. Terdapat 2 aspek berbeda terkait TIK dalam pendidikan ini, yang pertama menggunakan potensi TIK secara terpadu sehari-hari dalam proses belajar-mengajar. Ini demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Semisal jejaring sosial Facebook oleh pengajar  untuk menghidupkan tokoh-tokoh yang ada dalam novel dan puisi. Atau ‘memutarbalikkan kelas’ yaitu dengan menyampaikan pelajaran lewat internet atau siaran televisi. 


Kedua, yaitu mempelajari komputasi (computing), di mana di dalamnya terdapat elemen TIK, sebagai sebuah displin ilmu yang mandiri dan sebagai bentuk pembekalan murid dengan keterampilan digital yang dibutuhkan di abad ke-21 ini. 


Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) Indonesia kemudian melakukan kajian umum tentang pemanfaatan TIK dalam pendidikan. Kajian tersebut dilakukan di Papua. Dalam perbincangan Bidik Jitu (Bincang Pendidikan Kebijakan & Mutu) pada Rabu (16/11/2016) lalu, menurut Senior Advisor for Knowledge Management and Communication ACDP Indonesia, Totok Amin Soefijanto alasan pemilihan Papua karena pengembangan TIK-nya cukup tertinggal jauh dibanding daerah lain. Dari sanalah kemudian akan dijadikan model studi di wilayah lain. 


"Kalau Papua saja persoalan TIK bisa beres, secara keseluruhan pasti bisa beres. Karena memang ini yang tertinggal dibanding yang lainnya," ujar Totok.


Sementara itu, menurut Kasubdit Pengkajian & Perancangan Jejaring Pustekkom Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hasan Habibie, TIK tidak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan masa kini. Ini, kata dia, dikarenakan sebagian besar pengguna teknologi informasi merupakan usia pelajar. "Pelajar kita saat ini adalah generasi milenial, sejak lahir pun sudah bersentuhan dengan perangkat teknologi. Tinggal bagaimana mengkombinasikan teknologi dalam proses belajar mengajar. Ini masih jadi PR besar kita," pungkas Hasan.


Hasan melanjutkan, penggunaan teknologi untuk sektor pendidikan baru 15 persen dari 132 juta user internet se-Indonesia. Ini, kata dia, karena sebagian besar masih digunakan untuk kebutuhan hiburan, bukan edukasi. 


Pendiri Komunitas Sejuta Guru Ngeblog, Wijaya Kusumah atau kerap disapa Om Jay pun angkat suara. Menurut Jay, kemampuan tenaga pengajar sekolah di Indonesia masih relatif rendah di bidang teknologi. Ini, lanjutnya, merupakan hasil survey kecil yang dilakukannya di 13 kota di Indonesia. 


"Untuk menggunakan Power Point saja masih sulit. Ini terjadi di Bekasi, belum sampai Papua lho," ujar Jay.


Kendala ini, lanjut Jay, karena masih dipisahkan antara TIK sebagai alat (tools) dengan TIK sebagai ilmu. "Jika ilmu dengan alat bantu ini dikombinasikan dengan baik," lanjutnya. 


Kembali ke Totok. Menurutnya, upaya untuk menyiapkan guru dan tenaga pengajar agar "melek" TIK yaitu dengan memasukkan materi TIK khusus bagi guru. Upaya ini, kata Totok, dapat didukung dengan melibatkan pengusaha industri teknologi untuk menyediakan sarana prasarana. "Dari studi kami, niat dari industri sudah ada tapi harus ada kebijakan pemerintah yang menjadikannya 'gayung bersambut' begitu," kata dia.


"Tidak bisa dari swasta saja. Dari 213 ribu sekolah se-Indonesia, 48 ribu sekolah belum tersambung dengan internet dan 15 ribu sekolah belum terhubung listrik. Ini besar sekali," tutup Totok.(Mlk)

  • ACDP
  • TIK
  • ruang publik
  • Teknologi Informasi dan Komunikasi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!