RUANG PUBLIK

Lirik Lagu Pop Kian Hari Kian Sedih, Ini Risetnya

"Menurut para analis data dari Amerika Serikat, lirik-lirik dalam lagu populer berubah jadi semakin sedih, semakin marah dari waktu ke waktu."

Adi Ahdiat

Lirik Lagu Pop Kian Hari Kian Sedih, Ini Risetnya
Ilustrasi mendengarkan musik headphone. (Foto: Creative Commons)

Musik hari ini berbeda dengan musik hari kemarin. Bukan hanya soal genre, instrumen atau nada-nadanya saja yang berubah. Menurut penelitian sekelompok data scientist dari Amerika Serikat, lirik-lirik dalam lagu populer juga berubah jadi semakin sedih dari waktu ke waktu.


Analisis Lagu Billboard Hot 100

Tahun 2018, Kathleen Napier dan Lior Shamir, data scientist dari Lawrence Technological University bereksperimen dengan meneliti perubahan ekspresi lagu selama tujuh dekade.

Mereka melakukan analisis terhadap sekitar 6.000 lagu dari rentang tahun 1950 sampai tahun 2016.

Lagu-lagu yang dianalisis adalah lagu yang masuk ke dalam Billboard Hot 100, tangga lagu favorit Amerika Serikat yang menjadi standar resmi untuk mengukur popularitas musik.

Di masa lalu, popularitas ini diukur lewat penjualan rekaman, siaran radio, dan pemutaran di jukebox. Tetapi, sejak era internet, pengukuran Billboard juga didasarkan pada frekeuensi streaming di Youtube, berbagai layanan musik digital, serta popularitas di media sosial.

Karena distribusi musik Billboard bersifat lintas negara, lagu-lagu yang dianalisis juga sebagian besar dikenali dan digemari oleh masyarakat dunia seperti lagu milik The Beatles, Mariah Carey, Guns ‘N Roses, sampai Justin Bieber.

Beberapa lagu karya musisi Indonesia yang pernah masuk ke tangga lagu Billboard seperti Dara Puspita, Anggun C. Sasmi, dan Agnez Mo, juga ikut masuk menjadi bahan analisis.


Lagu Populer Semakin Sedih, Semakin Marah

Kathleen Napier dan Lior Shamir meneliti lagu-lagu Billboard Hot 100 dengan perangkat lunak yang mampu membedakan ekspresi nada, memilah ekspresi kata, dan mampu menentukan sentimen lagu secara otomatis.

Hasilnya, mereka menemukan bahwa sepanjang kurun tahun 1950 – 2016, lagu-lagu populer semakin banyak menunjukkan ekspresi kesedihan sekaligus kemarahan.

Di sisi lain, kuantitas lagu yang mengekspresikan kebahagiaan terus menurun.

Lagu-lagu yang populer di era 1950-an didominasi oleh ekspresi kegembiraan. Tapi ekspresi itu terus menurun di tahun-tahun berikutnya.

Pengecualian terjadi pada pertengahan 1970-an, di mana lirik dan nada yang sukacita sempat meningkat drastis.

Selepas tahun 1950 dan 1970-an, lagu-lagu populer dengan ekspresi marah semakin banyak muncul sampai pertengahan 1990-an.

Setelah tahun tersebut, eksistensi lagu-lagu kemarahan di Billboard Hot 100 juga meningkat secara lebih tajam.

Di samping sedih dan marah, para peneliti juga menemukan peningkatan ekspresi rasa takut dan muak (disgust) dalam lagu populer.

Ekspresi muak muncul secara bertahap mulai awal 1980-an sampai akhir 1990-an. Sedangkan ekspresi takut terlihat meningkat tajam di tahun 1998 – 1999, kemudian turun drastis di tahun 2000.


Kesimpulan: Yang Berubah Adalah Selera Pasar

Menurut Lior Shamir, perubahan sentimen yang tercatat sepanjang tahun 1950 sampai 2016 ini tidak terkait dengan pergeseran orientasi para musisi dan pencipta lagu, melainkan terkait dengan perubahan selera pasar.

Di era 1950-an pendengar musik lebih suka lagu-lagu yang menyenangkan, karena itu lagu-lagu sejenis menjadi populer. Begitupun pada tahun-tahun berikutnya, berbagai lagu yang mengekspresikan sedih, marah, muak dan takut menjadi semakin populer karena disukai kian banyak orang di berbagai belahan dunia.

(Sumber: Quantitative Sentiment Analysis of Lyrics in Popular Music, Journal of Popular Music Studies, 2018)

  Editor: Agus L Amsa
  • musik
  • billboard
  • lagu pop

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!