BERITA
Wagub NTT: Bupati Harus Proaktif Atasi Gisi Buruk
Wakil Gubernur NTT, Beny Litelnony mengatakan, pemerintah pusat dan pemerintah provinsi sudah menggelontorkan dana ke kabupaten untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi.
AUTHOR / Silver Sega
KBR, NTT - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur minta pemerintah kabupaten di
daerah itu proaktif mengatasi berbagai masalah yang terjadi di wilayahnya, termasuk kekeringan dan gizi buruk.
"Siapa yang berada di depan, pemerintah daerah setempat, ya harus proaktif untuk melihat itu. Kan sudah tersedia dana. Kemarin kita sudah perintahkan kepala dinas supaya perintah semua kepala dinas kabupaten segera menggunakan dana yang ada ini. Kalau tidak nanti tidak alokasi," kata Beny Litelnony di Kupang, Kamis, (02/07/2015).
Wakil Gubernur
NTT, Beny Litelnony mengatakan, pemerintah pusat dan pemerintah provinsi sudah
menggelontorkan dana ke kabupaten untuk mengatasi berbagai masalah yang
terjadi.
"Tapi mereka harus proaktif di lapangan. Jadi kita mintakan
proaktif, membimbing, mengarahkan. Artinya silahkan mungkin sudah
ada usaha tetapi masih banyak lampiran-lampirannya itu," tambahnya.
Sebelumnya 11 balita di
Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) NTT meninggal karena menderita gizi
buruk disertai penyakit ikutannya dalam kurun waktu Januari-Mei 2015.
Padahal di kabupaten itu ada Panti Rawat Gizi, namun tidak berfungsi.
Wakil Gubernur NTT, Beny Litelnony berharap dinas kesehatan kabupaten di
NTT proaktif mendata warga penderita gisi buruk dan melaporkan ke
provinsi agar dana bantuan sosial gizi buruk bisa dimanfaatkan dalam
menangani persoalan gizi buruk.
Tahun lalu, Pemerintah NTT
mengalokasikan dana 2,2 miliar rupiah untuk bantuan sosial gizi buruk. Namun
dana itu tidak gunakan, karena para penerima dana itu harus membuka
rekening di bank dan mengajukan proposal.
Editor: Quinawaty Pasaribu
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!