ARTIKEL PODCAST
"Emang Oke Konseling Psikologi Online?"
Obrolan Mutiara Maharini bareng Co-Founder dan CEO @hatiplong, Farah Djalal dan Co-Founder @tabula.id, Arnold Lukito.
KBR, Jakarta- Pernah nggak sih kalian merasa lelah dengan setumpuk tugas kuliah atau pekerjaan? Nggak jarang, menggunungnya pekerjaan, juga dibarengi berbagai masalah lain, yang bikin kita terkadang merasa over load.
Tapi pernah nggak kalian berpikir untuk melakukan konseling psikologi?
Melansir laman Hellosehat dari Kementerian Kesehatan, ada banyak manfaat konseling psikologi loh. Beberapa diantaranya:
1. Tempat Mengungkap Emosi
Konseling psikologi bisa jadi tempat kamu mencurahkan segala emosi dengan cara yang sehat. Ini penting karena emosi mampu menumbuhkan segala pikiran negatif.
2. Membuka Sudut Pandang Baru
Sejumlah masalah hidup, yang rasanya seperti tiada habisanya itu, kadang berpotensi membuat pikiran seseorang buntu. Di kala buntu, kita perlu banget nih tempat curhat.
Baca juga:
- Revenge Spending Dalih Nyenengin Inner Child?
- Gimana Cerita Praktisi Psikologi yang Dampingi Atlet?
- Kesehatan Mental Pelaku Judol dan Imbas ke Orang Terdekat
3. Menggali Masalah untuk Mendapat Solusi
Nggak sekedar mengungkap emosi, konseling psikologi juga menggali masalah dan mencari cara mengatasinya.
Tapi, kalau kita udah capek dengan aktivitas sehari-hari, dan nggak punya waktu dan tenaga menempuh perjalanan untuk datang ke layanan kesehatan jiwa bagaimana?
Obrolan Mutiara Maharini bareng Co-Founder dan CEO @hatiplong, Farah Djalal dan Co-Founder @tabula.id, Arnold Lukito
Seiring perkembangan zaman, konseling psikologi tidak cuma bisa dilakukan secara langsung, alias menemui psikolog tatap muka di layanan kesehatan jiwa.
Tapi kita bisa juga melakukannya lewat perangkat elektronik, seperti smartphone atau laptop.
Co-Founder @tabula.id, Arnold Lukito mengatakan, ada sejumlah perbedaan konseling online dan offline.
"Pasti ada perbedaan. Kalau tatap muka bertemu langsung dan online tidak bertemu langsung. Dan sebenarnya online itu juga sekarang ada banyak ragamnya ya. Ada yang melalui video, ada yang melalui audio gitu, ada yang bahkan melalui teks gitu," ungkap Arnold.
Arnold mengatakan, terapi atau sesi konseling psikologi bergantung kebutuhan dari orang yang mengaksesnya. Begitu pula efektivitasnya.
"Masing-masing punya plus-minusnya. Kalo offline mungkin ada beberapa terapi tertentu yang butuh ketemu langsung. Tapi balik lagi gak semua klien butuh diterapi. Ada juga klien yang butuh cepat nih, gak mau ribet janjian ketemuan dan sebagainya. Mungkin lebih cocok online," pungkasnya.
Meski punya layanan konseling online. Co-Founder dan CEO @hatiplong, Farah Djalal mengungkap pengalamanya sebagai pengguna.
Kata Farah, dia tidak merasakan perbedaan yang signifikan antara konseling online dengan offline.
"Karena konselingnya, selama dia bisa melihat tatap muka gitu, Jadi dengan video, berarti kan nonverbalnya juga diperhatikan. Jadi buatku mungkin karena kita juga habis melewati pandemi, kayak sekarang meeting online gitu. Jadi nggak ada rasa perbedaan lagi gitu," Kata Farah.
Nah sebagai penyedia layanan. Farah kerap mendapatkan pertanyaan, "Kak ada online aja gak". Jadi bisa dibilang, kemudahan akses konseling psikologi online bisa jadi daya tarik tersendiri.
"Dapat pertanyaan kayak, kak bisa online aja nggak? Kak karena kalau aku datang secara offline, aku takut nanti ada orang yang tahu aku datang ke psikolog. Jadi stigma-stigma itu tuh masih ada," ungkap Farah.
Tapi tantangannya apa saja sih selama melakukan sesi online? Apakah dengan jaringan internet yang lancar saja sudah cukup jadi modal konseling online?
Yuk dengarkan saja di podcast Diskusi Psikologi (Disko) di link berikut: