NASIONAL
Cek Fakta Episode Spesial: “How to Fight Hoax for Dummies”
Episode spesial Podcast Cek Fakta KBR
AUTHOR / Don Brady,Nadya Hariyanto
Tak bisa disangkal bahwa hoaks memang tak mengenal waktu. Hoaks bisa muncul kapan saja, termasuk di bulan suci Ramadan.
Dengan begitu, di bulan puasa ini, kita bukan hanya harus menahan lapar dan haus, melainkan harus menahan diri dari hawa nafsu juga, termasuk nafsu menciptakan maupun menyebarkan hoaks.
Aribowo Sasmito mengingatkan kita untuk menjaga emosi, tahan jari, dan verifikasi sebelum dibagi.
“Sebetulnya semua orang punya yang namanya naluri, bahasa kerennya gut feeling, ala-ala Jaksel nih. Saya bisa merasa ini ada yang salah sama yang saya terima nih, entah narasinya, entah gambarnya, atau apa gitu. Itu sesuatu yang semua orang punya, bedanya dengan pemeriksa fakta adalah kalau pemeriksa fakta menyempatkan waktu untuk mencari faktanya.” kata Aribowo Sasmito, Co-Founder dan Fact Check Specialist Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO).
Aribowo juga membagikan kiat-kiat praktis agar kita lebih pandai dalam melawan hoaks, terlebih lagi hoaks yang beredar di media sosial maupun platform tertutup seperti grup WhatsApp. Caranya dengan mengetahui tujuh kategori mis dan disinformasi.
“Yang pertama, itu satire atau parodi. Kedua, itu konten yang menyesatkan. Ketiga, konten tiruan. Lalu keempat, konten palsu. Kelima, itu koneksi yang salah. Keenam, konteks yang salah. Terakhir ketujuh, itu konten yang dimanipulasi. Yang sehari-hari paling sering muncul adalah konteks yang salah.” ujar Aribowo.
Bagaimana membedakan ketujuh kategori mis dan disinformasi tersebut? Simak obrolan lengkap Nadya Hariyanto dari Universitas Multimedia Nusantara bersama dengan Aribowo Sasmito di Episode Spesial Cek Fakta KBR dan MAFINDO “How to Fight Hoax for Dummies?"
Baca Juga:
Cek Fakta: Pembina Brimob Saat Ini Namanya Thahir Alias Ang Tjoeng Ming?
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!