Article Image

BERITA

Kelas Multikultural, Ruang Keberagaman dari Tanah Sunda

Siswa SMK Parigi, Pangandaran saat berdiksusi di kelas keberagaman. (foto: KBR/Taufik)

Lewat konten soal keberagaman, SMK Bakti Karya Parigi di Pangandaran menyentil kondisi Jawa Barat yang dikenal sebagai juara bertahan provinsi intoleran. Bagaimana cara murid-murid di sana belajar soal keberagaman? Jurnalis KBR Ardhi Rosyadi berkunjung ke sekolah tersebut. 

 

KBR, Pangandaran- Maria Cakra Wellin menyapa pendengarnya lewat siaran radio komunitas. Sebagai murid di SMK Bakti Karya Parigi Pangandaran, Maria banyak memproduksi konten soal toleransi. 

“Bagaimana caranya membuat video, tulisan, atau poster yang ketika orang lain melihat langsung berpikiran bahwa Indonesia beragam. Biasanya kita memproduksi video singkat satu menit, dua menit tetapi yang ngena (bermakna),” ujar Wellin kepada KBR.

Konten yang dihasilkan tak sebatas tugas sekolah, tapi mesti juga disebarluaskan lewat platform digital serta ke masyarakat sekitar.  

Tahun 2016, Sekolah ini menciptakan kelas multikultural dengan konsep mengawinkan multimedia dengan keberagaman. Kepala sekolah, Irfan Hilmi menyebut anak muda jadi agen perubahan untuk meneruskan pesan kebaikan secara digital. Ini sesuai visi sekolah, bijak dalam berteknologi. 

“Mengenai program kelas multikultural ini, dimana siswa dapat berinteraksi antarsiswa. Dan bisa membuat konten-konten positif dari adanya kelas multikultural ini. Kemudian yang kedua mengenai multimedia. Jadi konten yang diproduksi baik fotografi, videografi, ataupun penyiar dalam sebuah acara tentu itu merupakan bentuk keseimbangan (dalam berteknologi),” ujar Irfan. 

<tr>

	<td><b>Reporter</b></td>


	<td><b>:</b></td>


	<td><b>Ardhi Rosyadi<span id="pastemarkerend">&nbsp;</span></b><br>
</tr>


<tr>

	<td><b>Editor</b></td>


	<td><b>:</b></td>


	<td><b>Friska Kalia<br>
</tr>