BERITA

Dampak Gempa Sulteng, Diperkirakan Ada 18 Ribu Warga Miskin Baru

""Sehingga tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah pada 2019 diperkirakan meningkat menjadi 14.42 persen atau mencakup sebesar 438.610 jiwa.""

Dampak Gempa Sulteng, Diperkirakan Ada 18 Ribu Warga Miskin Baru
Lokasi bekas sapuan gelombang tsunami di Pantai Talise, Teluk Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (20/11/2018). Wilayah ini dinyatakan sebagai zona terlarang untuk pembangunan. Gempa dan tsunami terjadi 28 September 2018. (Foto: ANTARA/Basri Marzuki)

KBR, Jakarta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)  mencatat adanya dampak terhadap ekonomi akibat gempa bumi, tsunami serta likuifaksi di Sulawesi Tengah pada September lalu.

Kepala BNPB Willem Rampangilei mengatakan, berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)  pertumbuhan ekonomi di Sulteng turun dari sebelumnya 6,24 persen menjadi hanya 1,75 persen pasca gempa. Penurunan 4,49 persen.


Selain itu, kata Williem, ada koreksi inflasi di Sulteng dari yang semula 3,65 persen menjadi 10,02 persen pasca gempa. Artinya ada kenaikan inflasi sebanyak 6,63 persen.


"Kita lihat pertumbuhan ekonomi akibat bencana alam akan meningkatkan jumlah penduduk miskin baru. Ini ada angkanya sebesar 18.400 jiwa. Sehingga tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah pada 2019 meningkat menjadi 14.42 persen atau mencakup sebesar 438.610 jiwa," kata Willem di Gedung Graha BNPB (19/12/2018).


Willem mengatakan, seiring dengan perbaikan ekonomi pasca pemulihan, diharapkan kemiskinan di Sulteng dapat menurun.


BNPB memperkirakan, butuh waktu sekitar 3 tahun untuk secara perlahan menurunkan angka kemiskinan di Sulawesi Tengah.


Baca juga:


Editor: Agus Luqman 

  • gempa dan tsunami Sulteng
  • Sulawesi Tengah
  • dampak gempa
  • Inflasi
  • pertumbuhan ekonomi
  • jumlah warga miskin
  • angka kemiskinan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!