BERITA

LBH: Jadikan Perjuangan Jemaat GKI Yasmin Sebagai Inspirasi Pemenuhan Hak Warga

"Jemaat Gereja GKI Yasmin, Bogor kembali merayakan natal secara sembunyi-sembunyi. Sebabnya gereja mereka masih disegel."

LBH: Jadikan Perjuangan Jemaat GKI Yasmin Sebagai Inspirasi Pemenuhan Hak Warga
Natal, GKI Yasmin, Walikota Bogor, Bona Sigalingging

KBR, Jakarta - Jemaat Gereja GKI Yasmin, Bogor kembali merayakan natal secara sembunyi-sembunyi. Sebabnya gereja mereka masih disegel. Juru Bicara GKI Yasmin, Bona Sigalingging mengatakan meski ibadah natal dilakukan secara diam-diam, namun mereka tetap mencoba berbagi kebahagiaan. “Jadi ibadah malam Natal terpaksa kami lakukan di rumah jemaat. Dewasa maupun anak-anak dengan pakaian baru mencoba tetap berbagi kebahagiaan meski secara sembunyi-sembunyi. Jika tidak bisa mencegah hujan, kami menari di bawah hujan,” ujar Bona saat berbincang di Program Agama dan Masyarakat KBR dan Tempo TV.

Bona menyatakan sempat muncul harapan tahun ini mereka bisa merayakan Natal pertama dengan bebas di gereja Yasmin. Harapan muncul setelah Pemerintah Pusat beralih ketangan Presiden Joko Widodo dan Walikota baru Arya Bima. Namun, Walikota Bogor yang baru tersebut ternyata memilih untuk tetap melanjutkan kebijakan walikota yang lama, mencabut IMB gereja. Padahal, keputusan tersebut bertentangan dengan putusan Mahkamah Agung.(Baca: Babak Baru Kasus GKI Yasmin Bogor)
 
Juru Bicara GKI Yasmin, Bona Sigalingging menambahkan putusan MA atas GKI Yasmin tersebut harus dijalankan tanpa harus mencampuradukkan dengan persoalan yang terjadi di internal GKI Yasmin. Pernyataan Bona mengacu pada pernyataan Ketua Umum Badan Pekerja Majelis Sinode GKI, Yahya Wijaya menyatakan permasalahan internal yang terjadi di GKI tidak bisa diintervensi oleh negara. “Jadi saya kira pesan Ketua Umum Badan Pekerja Sinode GKI yang membawahi Gereja GKI Yasmin maupun GKI Pengadilan sudah secara jelas. Bahwa memang secara logika kondisi internal Gereja GKI tidak mempengaruhi keputusan MA dan Ombusdman. Itu adalah kewajiban hukum walikota untuk tetap melaksanakannya, apapun kondisi internal kami,” tambah Bona.

Bona menyatakan, Jemaat hingga kini masih berharap kepada Presiden Joko Widodo. (Baca: Begini Suasana Malam Misa Natal Jemaat GKI Yasmin) Sebab, hingga saat ini presiden yang baru menjabat tersebut belum mengeluarkan pernyataan mengenai GKI Yasmin. “Terlalu dini, kalau kami sebut runtuh harapan kami kepada Presiden Joko Widodo. Semoga beliau akan membuktikan beliau adalah presiden yang tangguh dalam membela dan melaksanakan konstitusi bangsa Indonesia,” kata Bona.

Mengenai tawaran relokasi dari walikota yang baru, Bona kembali menegaskan untuk menolak tawaran tersebut. Menurut dia, tawaran relokasi merupakan cara lama yang dicetuskan Walikota Bogor terdahulu, Diani Budhiarto. Jemaat Gereja GKI Yasmin tetap meminta Walikota Bogor menjalankan putusan Mahkamah Agung dan juga rekomendasi Ombusdman. “Tidak perlu mencari relokasi apapun. Bukan karena tempat relokasinya buruk atau apapun. Kami mau pemerintah menjalani putusan Mahkamah Agung. Kami harus ngotot karena ada keputusan MA dan rekomendasi Ombusdman. Seluruh warga negara harus ngotot soal hak mereka. Saya mengajak kawan-kawan Ahmadiyah, Syiah dan kepercayaan apapun untuk ngotot menuntut hak mereka,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Penanganan Kasus dari Lembaga bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Muhammad Isnur menilai kasus yang menimpa GKI Yasmin selama ini merupakan perjuangan mereka untuk menegakkan hukum. Menurut dia, Jemaat GKI Yasmin tidak hanya memperjuangkan gerejanya, Mmlainkan meminta pemerintah menjalankan ketentuan hukum yang ada. Isnur berharap lewat kasus GKI Yasmin kesadaran masyarakat atas hak-haknya terbuka. “Masyarakat kita sering dianggap melupakan apa yang harus diperjuangkan. Yang namanya hak asasi itu dimanapun bukan diberikan tetapi direbut. Jika tidak direbut maka negara akan abai,” tutup Muhammad Isnur.

Editor: Sutami

 


  • Natal
  • GKI Yasmin
  • Walikota Bogor
  • Bona Sigalingging

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!