BERITA

Kelola Energi, Demi Masa Depan yang Lebih Baik

Kelola Energi, Demi Masa Depan yang Lebih Baik


KBR68H, Jakarta - 10 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi tumbuh dengan laju rata-rata 6% per tahun, serta populasi penduduk bertambah sekitar 1,49% per tahun mendorong peningkatan kebutuhan energi rata-rata 6,2% per tahun. Namun pertumbuhan itu tak diimbangi dengan pertumbuhan dan peningkatan produksi energi nasional. Yang ada adalah keterbatasan sumber energi fossil (minyak, gas dan batubara).

Kondisi tersebutlah yang memaksa Indonesia menjadi negara importir minyak untuk memenuhi kebutuhannya saat ini. BPPT memperkirakan pada 2027. Indonesia akan menjadi nett energy importer, (bukan hanya nett oil importer) jika kita tetap menggunakan pola dan konsumsi energi seperti sekarang ini.

Tentu Indonesia tak mau terus menerus krisis energi dan menjadi importir. Oleh sebab itu dibutuhkan pengelolaan energi yang lebih baik, demi masa depan yang lebih baik. Penerapan teknologi yang digadang-gadang bisa menyelesaikan persoalan ketersediaan energi nasional adalah Teknologi Kogenerasi.

National Project Manager Microturbine Cogeneration Technology Application Project (MCTAP) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)  Budi Prasetyo, mengatakan penggunaan tekhnologi Microturbine Cogeneration Technology Application Project (MCTAP) adalah dengan memamfaatkan energi panas yang dihasilkan dari kegiatan masyarakat misalnya energi panas dari mesin diesel yang sering kali energinya  terbuang begitu saja menjadi energi terbarukan yaitu listrik.

“Kita mempunyai pembangkit listrik mesin genset diesel itu mesin-mesin diesel-diesel itu umumnya sekitar 30-40 persen, artinya dari 100 nilai kalor yang terkandung dalam minyak solar hanya 40 persen itulah yang kemudian kita ubah menjadi energi listrik” tutur Budi dalam program Bumi Kita di KBR68H, Kamis, (5/12).

Kepala Bidang Efisiensi Energi Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) BPPT Hari Yurismono mengatakan terbatasnya bahan bakar yang di Indonesia membuat masyarakat harus berhemat agar sumber daya mineral yang terbatas itu tidak segera habis. Untuk itu energi terbarukan perlu dikembangkan salah satunya melalui Microturbine Cogeneration Technology Application Project (MCTAP) khususnya kepada para pelaku industri yang membutuhkan energi ramah lingkungan.

Sudah sekitar 5 tahun teknologi tersebut diperkenalkan ke publik. Ada beberapa kendala atau hambatan dalam prosesnya. Budi Prasetyo menyebut sulitnya mencari investor dalam proyek ini sebab tak banyak dari mereka yang belum percaya mengenai nilai manfaat dari tekhnologi itu. Hambatan lainnya adalah alat-alat yang digunakan sebagian besar masih mengandalkan impor dari negara lain.Meski begitu tak semuanya juga menggunakan barang-barang impor dari luar negeri.

“Teknologi yang sejenis yang memang nantinya bisa kita modifikasi, jadi misalnya ada panas buang dari mesin pembangkit listril diesel kemudian ada user yang butih air panas katakanlah di hotel atau lokasi tertentu itu kita bisa kita gunakan alat yang biasa dipakai di pembangkit listrik dan itu bisa dibuat secara lokal” tegas Budi

Selama 5 tahun teknologi tersebut telah diperkenalkan kepada masyarakat khususnya dalam sektro industri yang memang membutuhkan banyak energi listrik. Namun kebanyakan dari mereka tidak mengetahui mengenai teknologi tersebut. Hari menjamin pemakaian teknologi tersebut dapat dapat mengurangi penggunaan energi listrik sekitar 13 ribu giga watt pertahun atau setara dengan pengurangan emisi gas karbondiksida atau CO2 sebesar 7-10 ton pertahun hal ini sejalan dengan target pemerintah untuk menyerap sekitar 17 persen energi terbarukan pada tahun 2025.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terus melakukan sosialiasi kepada masyarakat dan pelaku industri khususnya untuk mempergunakan teknologi tersebut sehingga dapat memanfaatkan energi terbarukan yang dihasilkan. Tidak ada salahnya mencoba hal yang baru demi terciptanya efisiensi energi di masa yang akan datang.

  • kelola energi
  • terbarukan
  • BPPT
  • masa depan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!