RAGAM

Akselerasi Penurunan Stunting Terhambat Covid-19

Akselerasi Penurunan Stunting Terhambat Covid-19

Program-program percepatan yang dicanangkan pemerintah di tahun 2020 banyak yang tertunda dan terhambat akselerasinya. Salah satu program yang ditargetkan pemerintah tahun 2024 adalah penurunan stunting mencapai 14 persen dari yang saat ini sekitar 27 persen. Padahal program ini sudah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), DR (C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), menjelaskan, salah satu yang menghambat percepatan ini adalah pandemi Covid-19. Dampak pandemi mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat dan terbatasnya ruang fiskal pemerintah.

Dalam 'International Webinar: Lesson Learned from the Success Story of Peru in Reducing Stunting' secara virtual, Kamis (26/11/2020.) Hasto menjabarkan, berdasarkan data yang ada, dalam lima tahun terakhir, 2014 hingga 2019, rata-rata penurunan stunting di Indonesia hanya 0,3 persen per tahun. Sementara untuk menuju angka 14 persen di tahun 2024, setidaknya membutuhkan penurunan rata-rata 2,5 persen per tahun.

Untuk itu, diperlukan akselerasi agar target itu bisa dicapai. "Dibutuhkan kesungguhan dan upaya keras agar bisa mencapai target tersebut," tandas Hasto.

Upaya akselerasi ini dibutuhkan sebab sejak diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional untuk Percepatan Perbaikan Gizi, ternyata belum mampu mengakselerasi penurunan stunting secara efektif. "Target 14% tentu adalah target yang luar biasa," ujar Hasto.

Untuk percepatan penanggulangan stunting, menurut Hasto, perlu strategi dan reorientasi program. Penanggulangan ini sesuai UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

Hasto menjelaskan, percepatan penurunan stunting berbasis keluarga ini menjadi konsep yang akan dikedepankan oleh BKKBN. "BKKBN akan melakukan program bina keluarga, menyasar keluarga yang memiliki anak di bawah usia lima tahun dan juga di bawah dua tahun," ujar Hasto.

Melalui gerakan berbasis keluarga, Hasto berharap pihaknya bisa mencegah terjadinya perkawinan pada usia dini. Hal ini menjadi bagian yang penting karena di Indonesia banyak terjadi morbiditas dan mortalitas. Termasuk adanya janin tumbuh lambat di dalam rahim akibat pernikahan terlalu dini.

Hasto mengatakan, untuk melahirkan keluarga berkualitas, BKKBN yang memiliki peran strategis dalam mencegah dan menangani kasus stunting akan fokus pada pendekatan keluarga.

Dalam hal ini titik intervensinya pada remaja putri, calon pengantin. "Termasuk calon pasangan usia subur, promosi ASI eksklusif dan juga penguatan pelayanan keluarga berencana pasca persalinan," ujar Hasto.

(Redaksi KBR mengajak untuk bersama melawan virus Covid-19. Selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan dengan 3M, yakni; Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan dengan Sabun).

  • nativead
  • #satgascovid19
  • #IngatPesanIbu
  • #pakaimasker
  • #jagajarak
  • #jagajarakhindarikerumunan
  • #cucitangan
  • #cucitanganpakaisabun
  • #KBRLawanCovid19

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!