BERITA

Guru Agama Syamsuri: Jangan Jadikan Perbedaan Keyakinan itu Perpecahan

"Di ruang kelas, guru agama mesti jadi penyebar toleransi."

Rio Tuasikal

Syamsuri, guru agama penyebar toleransi di Bekasi (Foto: Rio Tuasikal)
Syamsuri, guru agama penyebar toleransi di Bekasi (Foto: Rio Tuasikal)

KBR, Jakarta - Guru agama memegang peran penting dalam menanamkan nilai toleransi di bangku sekolah.  Salah satu yang mengajarkan nilai itu adalah  Syamsuri, guru agama dari Bekasi. “Kita sudah meyakini keyakinan masing-masing,” begitu kunci yang dipegang Syamsuri seperti disampaikan kepada KBR. 

Bagaimana menjelaskan pada siswa bahwa Jessica agamanya berbeda?

“Memang anak-anak juga sudah tahu dari awal bahwa keyakinan Jessica dan teman-teman yang lainnya berbeda. Kami arahkan ke anak-anak untuk tetap menjaga kebersamaan, menghargai, toleransi antar satu dan lainnya. Artinya kepercayaan yang Jessica yakini sampai hari ini tentu tidak diusik-usik oleh kita.”

Ketika datang ke pelatihan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), berarti Anda sudah datang dengan pandangan yang sama?

“Kita juga sudah punya bekal lah. Sudah mengetahui bahwa perbedaan antara beda agama tentu kita hargai karena memang dilindungi oleh ngara atau undang-undang. Toleransi antar umat beragama, toleransi antar umat se-agama itu pun dilindungi. Begitu.”

Harapan Anda buat sesama guru agama? 

“Tidak ada sebuah ejekan, diskriminasi, bahkan perpecahan di antara kita. Karena kita sudah meyakini keyakinan masing-masing. Tentu, agama yang kita yakini tidak hanya dilindungi undang-undang, kita pun meyakini apa yang kita sampaikan mempunyai ruang masing-masing. Janganlah jadikan sebuah perbedaan keyakinan ini sebuah perbecahan di antara anak bangsa, bahkan perpecahan yang sangat melebar.”

  • guru agama penyebar toleransi
  • Toleransi
  • petatoleransi_08Jawa Barat_biru

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!