BERITA

Jabat Menko Perekonomian, Ini Target Airlangga Hartarto

"Saya bakal memanfaatkan potensi perdagangan dalam negeri, dan menggenjot perekonomian nasional untuk mengatasi resesi global itu."

Jabat Menko Perekonomian, Ini Target Airlangga Hartarto
Serah terima jabatan Menko Perekonomian dari Darmin Nasution ke Airlangga Hartato di Kantor Kemenko Perekonomian, Rabu (23/10/2019) (Foto: KBR/Wahyu Setiawan)

KBR, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian di Kabinet Indonesia Maju, Airlangga Hartarto optimistis Indonesia mampu bertahan di tengah ancaman resesi global, yang belakangan ini menjadi perhatian pemerintah.

Airlangga mengaku bakal memanfaatkan potensi perdagangan dalam negeri, dan menggenjot perekonomian nasional untuk mengatasi resesi global itu.


"Ya tentu kita akan terus memonitor perkembangan (resesi dunia). Tetapi salah satu save card yang kita punya adalah domestic market (pasar domestik, red). Jadi tentu domestic market akan menjadi perhatian dan tentunya domestic market ini akan bermanfaat kalau dimanfaatkan untuk kapasitas dalam negeri. Nah tentu nanti kita akan lebih detailkan lagi," katanya usai serah terima jabatan dari Darmin Nasution di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (23/10/2019).


Airlangga Hartarto yang juga Ketua Umum Partai Golkar itu menambahkan, ia juga akan fokus mengatasi inflasi, dengan berkoordinasi bersama Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS), dan kementerian-kementerian di bawahnya, untuk mengurai faktor-faktor penyebab inflasi.


Apalagi, lanjut Airlangga, inflasi ini menjadi perhatian khusus dari Presiden Joko Widodo saat memberikan arahan kepadanya.


"Pertama yang paling penting adalah inflasi. Jadi faktor inflasi itu menjadi pertimbangan. Nanti tentu teknisnya akan dibahas di kementerian teknis," jelasnya.


Tugas Airlangga berikutnya, yaitu segera membenahi masalah impor minyak dan gas (migas), yang belakangan ini menjadi faktor utama defisit neraca perdagangan dalam negeri.  


Kondisi impor migas ini, kata Airlangga, berbanding terbalik dengan ekspor nonmigas yang justru tumbuh positif.


"Nah salah satu yang diharapkan oleh Pak Presiden adalah menyelesaikan program substitusi impor, salah satu quick win yang bisa dilakukan antara lain menyelesaikan restrukturisasi TPPI (Trans-Pasific Petrochemical Indotama), jadi mengurangi tekanan dalam waktu yang relatif lebih singkat. Walaupun tentu ini terkait dengan restrukturisasi daripada TPPI," kata bekas Menteri Perindustrian di Kabinet Kerja ini.


Selain itu, Airlangga juga akan mendorong investasi untuk pelaksanaan B100 atau biodiesel, yang dapat memperbaiki sektor migas, dan sudah ada beberapa industri yang bersedia menanamkan modalnya untuk pelaksanaan B100.


"Nah nanti tentu ini nanti kita akan bicara dengan industri, ada beberapa industri yang sudah mengatakan akan investasi, ada fasilitas yang dimiliki Pertamina yang bisa dikonversi, jadi seluruh opsi itu kita akan pelajari," tambahnya.


Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut pada periode Januari-September 2019 defisit neraca perdagangan migas mencapai US$10,74 miliar atau setara Rp150 triliun, melonjak 62,74 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$6,5 miliar.


Sebelumnya, bekas Menko Perekonomian di Kabinet Kerja, Darmin Nasution juga menyinggung kondisi ekonomi global yang tidak menentu saat ini.


Darmin yakin, Airlangga mampu menyesuaikan diri, dan bisa mengkoordinasikan kementerian-kementerian yang ada di bawahnya untuk menghadapi resesi global.


"Selamat datang di kantor Menko (Perekonomian), selamat bekerja, selamat bertugas untuk negara. Negara mungkin agak lebih, dinamikanya lebih tinggi pada tahun-tahun ke depan ini dibanding tahun-tahun lalu," pungkasnya.


Editor: Kurniati Syahdan

  • Menko Perekonomian
  • Airlanggar Hartarto
  • resesi global
  • defisit neraca perdagangan
  • ekonomi indonesia
  • Kabinet Jokowi-Amin

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!