BERITA

Cegah Bunuh Diri dengan Berempati

"Berikut adalah beberapa panduan WHO tentang pencegahan bunuh diri yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari."

Cegah Bunuh Diri dengan Berempati
Ilustrasi. (Gambar: WHO/Preventing Suicide at Work)

KBR, Jakarta - Organisasi kesehatan sedunia World Health Organization (WHO) mencatat kasus bunuh diri di seluruh dunia terus meningkat hingga mencapai sekitar 800 ribu kasus per tahun.

Kasus bunuh diri juga dilaporkan kian banyak terjadi pada kelompok anak muda usia 15-29 tahun, sampai-sampai jadi penyebab kematian kedua tertinggi setelah kecelakaan lalu lintas.

Dalam peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia 2019 ini (10/10/2019) WHO mengajak masyarakat global untuk bersama-sama mencegah tragedi bunuh diri di lingkungan masing-masing.

Berikut adalah beberapa panduan WHO tentang pencegahan bunuh diri yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


Memahami Perilaku Berisiko

WHO menegaskan siapapun bisa berperan aktif dalam pencegahan bunuh diri. Langkah pertamanya ialah dengan memahami perilaku orang-orang yang berisiko.

Menurut WHO, orang-orang yang berisiko bunuh diri akan menunjukkan perilaku seperti: 

    <li>Bicara tentang keinginan menyudahi hidup, putus asa, atau tiadanya tujuan hidup.</li>
    
    <li>Mengekspresikan perasaan kesepian, terisolasi, atau terbelit banyak masalah, baik lewat kata-kata atau gambar.</li>
    
    <li>Menunjukkan perubahan kebiasaan yang negatif seperti menjadi gelisah, lekas marah, impulsif, atau ceroboh.</li>
    
    <li>Mengonsumsi alkohol secara berlebihan, menyalahgunakan narkotika atau zat adiktif lainnya.</li>
    
    <li>Menunjukkan perilaku depresi seperti kehilangan semangat, sedih berlebihan, dan sebagainya.</li>
    
    <li>Bicara tentang membuat surat wasiat, atau rencana-rencana konkret untuk bunuh diri.</li></ul>
    


    Berempati

    WHO pun menganjurkan agar masyarakat berempati kepada orang-orang yang menunjukkan perilaku berisiko bunuh diri, dengan cara:

      <li>Meminta mereka bicara tentang keresahannya, lalu mendengarkan tanpa menghakimi.</li>
      
      <li>Mendorong mereka untuk melakukan konseling atau mengakses layanan kesehatan jiwa.</li></ul>
      

      Di Indonesia ada lima rumah sakit yang menyediakan layanan hotline service pencegahan bunuh diri, yakni:

        <li>RSJ Amino Gondohutomo, Semarang (024-6722565)</li>
        
        <li>RSJ Marzoeki Mahdi, Bogor (0251-8324024)</li>
        
        <li>RSJ Soeharto Heerdjan, Jakarta (021-5682841)</li>
        
        <li>RSJ Prof. Dr. Soerojo, Magelang (0293-363601)</li>
        
        <li>RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, Malang (0341-426015)</li></ol>
        

        Ada juga komunitas-komunitas yang biasa memberi penguatan untuk penyintas masalah kejiwaan, salah satunya Into The Light Indonesia.

        Into The Light Indonesia adalah komunitas anak muda yang berfokus melakukan advokasi, kajian, dan edukasi tentang pencegahan bunuh diri.

        Berbagai kisah inspiratif terkait kesehatan jiwa dari Into The Light Indonesia juga bisa didengarkan di podcast Disko (Diskusi Psikologi) KBR Prime.

        Editor: Agus Luqman

  • bunuh diri
  • kesehatan jiwa
  • kesehatan mental
  • gangguan mental

Komentar (1)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • Nindhita Yusvantika4 years ago

    Artikel yang menarik dan bermanfaat. Universitas Airlangga, Indonesia juga membahas bagaimana kita mengenali gejala dan tanda bagi orang yang ingin melakukan bunuh diri sehingga dapat di cegah. Untuk artikel lebih jelasnya akan saya bagikan link artikel di bawah ini. Selamat membaca,semoga bermanfaat http://news.unair.ac.id/2019/10/10/cegah-bunuh-diri-pahami-gejala-dan-tanda/ Sekian dan Terima Kasih