BERITA

Warga Makan Ubi Beracun, BPBD NTT: Tidak Ada Unsur Kelalaian (Pemda)

"Tak ada beras, sejenis ubi hutan beracun atau iwi pun jadi santapan warga Desa Katikuluku, Kecamatan Matawai Lapau, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT)."

Anto Sidharta

Warga Makan Ubi Beracun, BPBD NTT: Tidak Ada Unsur Kelalaian (Pemda)
BPBD NTT, Ubi

KBR – Tak ada beras, sejenis ubi hutan beracun atau iwi pun jadi santapan warga Desa Katikuluku, Kecamatan Matawai Lapau, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).  Mereka terpaksa makan iwi karena tidak ada lagi makanan yang tersisa di rumah. Jagung dan  ubi kayu yang mereka tanam gagal panen. Kondisi ini disebabkan karena musim kemarau yang mendera daerah itu. “Memang kondisi kekeringan itu sekarang ini menyebabkan banyak kesulitan bagi masyarakat,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT, Tini Thadeus dalam Program Sarapan Pagi KBR, Kamis (16/10).

Berikut petikan wawancara selengkapnya dengan Tini Thadeus.

Kalau melihat kondisi Desa Katikuluku bagaimana penanganan yang dilakukan oleh BPBD?


Terus terang kami laporkan bahwa memang sampai saat ini belum ada laporan resmi dari BPBD Sumba Timur atau pun Pemda Suma Timur kepada gubernur maupun kepada kami. Kami tahu soal itu hanya dari laporan atau baca di media. Kondisi ini kami juga sudah koordinasi dengan teman-teman di daerah, memang kondisi kekeringan itu sekarang ini menyebabkan banyak kesulitan bagi masyarakat.

Bukan hanya di Sumba Timur, kami di NTT mengalami banyak sekali kesulitan terutama kesulitan air minum dan bisa berdampak kepada rawan pangan seperti yang terjadi di Sumba Timur. Memang sampai saat ini belum ada laporan itu dan pemerintah daerah sudah ada beras cadangan pemerintah 100 ton. Tadi kami sudah koordinasikan teman-teman ke daerah maupun kami di tingkat provinsi untuk manfaatkan dulu beras yang ada di Sumba Timur. Kalau stok habis baru minta ke gubernur untuk manfaatkan beras jatah pemerintah provinsi untuk penanganan rawan pangan maupun bencana di daerah ini.

Kabar yang kami dapatkan hingga kini belum ada beras yang diberikan oleh pemda atau BPBD setempat. Apakah akan ada instruksi atau kunjungan langsung dari BPBD?

Nanti kami akan pantau dan nanti ke Sumba Timur. Teman-teman kami di daerah ada, kami koordinasikan teman-teman di daerah supaya kalau memang kondisi separah itu ya segera turunkan bantuan. Tetapi yang lucu dan aneh bagi kami bukan hanya beras itu untuk penanganan kebutuhan dasar masyarakat saat ini, ada beras raskin untuk kondisi masyarakat kita itu tiap bulan mereka terima. Kalau kondisi seperti yang dilaporkan itu yang kami kadang-kadang tidak masuk akal karena setiap bulan masyarakat kita di NTT terima beras raskin.

Apa ini karena ada unsur kelalaian dari pemda setempat atau memang sengaja tidak dibagikan sehingga penduduk di sana mengalami kelaparan hingga memakan ubi beracun?


Tidak ada unsur kelalaian. Kalau memang benar kondisinya seperti itu pasti diberikan bantuan beras itu. Nah yang menjadi pertanyaan kami beras raskin yang setiap bulan dibagikan itu kemana, nanti kami cek lagi supaya tidak berkepanjangan masalah seperti ini.

Langkah riil hari ini yang akan dilakukan apa?


Mulai dari kemarin kebetulan teman kami yang di daerah sedang rakor (rapat koordinasi, red.) di Bengkulu dan tadi malam mereka pulang. Kami akan koordinasi lagi hari ini untuk penanganannya dan on the spot ke lapangan benar kejadian itu.      

Kalau selain dari iwi apakah ada makanan lain yang bisa dikonsumsi masyarakat sebelum mereka mendapat beras?


Di NTT ini banyak makanan lokal yang bisa dimanfaatkan ada pisang, ada umbi-umbian. Kalau memang stok pangan habis ya jalan satu-satunya ke hutan ambil iwi. Iwi itu juga kalau diproses dengan baik bagus untuk dikonsumsi. Hanya kandungan gizinya itu tidak terlalu seperti konsumsi beras dan seperti konsumsi pangan lokal yang lainnya.

Kalau dengan kondisi air saat ini apakah krisis?


Kalau soal air ini memang semua rata-rata krisis air. Bukan hanya krisis dan memang kondisi sekarang penurunan kesediaan sumber air turun debitnya. Pemerintah daerah dan bantuan dari BNPB sudah ada dropping air mulai awal bulan ini untuk dua bulan ke depan, termasuk Sumba Timur.

Apakah akan ada audit distribusi beras raskin?


Pasti audit. Karena penyaluran beras itu diperiksa, manakala ditemukan hal menyimpang itu diproses hukum. Di NTT banyak kepala-kepala desa yang diproses.

Catatan BPBD seperti apa kondisi masyarakat sebelumnya?


Sebelumnya ya seperti biasa pangan tersedia baik oleh pangan mereka sendiri maupun pangan yang diberikan setiap bulan. Tahun 2013 tidak ada seperti ini,  tahun 2010-2011 ada dan tahun 2012 kondisinya aman tidak seperti ini. Mungkin pengaruh El Nino ini menyebabkan kondisi itu terulang dari tahun 2010 dan 2011.

Adakah rencana untuk memberikan pelatihan pengolahan pangan atau memanfaatkan tanaman yang bisa bertahan di kondisi kemarau agar masyarakat bisa bertahan ketika kesulitan pangan?

Memang bapak gubernur dan semua kepala daerah di provinsi NTT itu selalu galakkan pangan lokal. Antara lain rajin tanam jagung di saat kesediaan air yang cuma tiga bulan. Itu yang sudah digalakkan dari awal pemerintahan beliau sampai periode kedua, artinya sudah 6 tahun berturut-turut diminta masyarakat tanam jagung. Disamping tanaman pangan lainnya seperti pisang, umbi-umbian.

  • BPBD NTT
  • Ubi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!