BERITA

Tahun Ini Belum Impor Beras, Tahun Depan Belum Tentu...

"KBR68H, Jakarta - Dewan Padi-Padian Internasional (IGC) meningkatkan proyeksi impor beras Cina 2014 sebesar 10% menjadi 2,2 juta metrik ton. IGC menyoroti pelemahan produksi dalam negeri yang dibarengi kenaikan konsumsi serta penguatan harga domestik seba"

Tahun Ini Belum Impor Beras, Tahun Depan Belum Tentu...
impor beras, ketahanan pangan, cina

KBR68H, Jakarta - Dewan Padi-Padian Internasional (IGC) meningkatkan proyeksi impor beras Cina 2014 sebesar 10% menjadi 2,2 juta metrik ton. IGC menyoroti pelemahan produksi dalam negeri yang dibarengi kenaikan konsumsi serta penguatan harga domestik sebagai alasannya.

Jika proyeksi itu terwujud, untuk kali ketiga berturut-turut impor padi-padian Cina bakal melampaui dua juta ton. Proyeksi terbaru IGC juga mempertahankan posisi Cina sebagai importir padi-padian terbesar kedua dunia, di belakang Nigeria. Hingga 2011 lalu, Cina mengimpor jumlah yang jauh lebih rendah.

Seberapa besar dampak lonjakan impor beras Cina terhadap Indonesia? Simak perbincangan penyiar KBR68H Agus Luqman dan Sutami dengan Kepala Badan Ketahanan Pangan (Kementan) Achmad Suryana dalam program Sarapan Pagi.

Cina sudah melipatgandakan impor beras mereka dari negara-negara lumbung pangan seperti Thailand, Vietnam, dan Myanmar. Dampaknya bagi kita seperti apa?

Pertama memang pasar beras internasional itu tipis. Karena produksi beras yang dihasilkan negara-negara itu kalau totalnya lebih dari 500 juta ton termasuk Cina, India, dan sebagainya tapi sebagian besar memang dikonsumsi oleh negara masing-masing. Seperti Indonesia memproduksi 38 juta ton dikonsumsi sekitar 34 juta ton sampai 35 juta ton, sehingga kita pahami dari dulu pasar beras itu tipis. Sekarang memang benar informasi bahwa Cina mulai masuk ke pasar impor beras dengan volume relatif tinggi dari sebelumnya, itu tentu saja mempengaruhi keseimbangan supply dan demand-nya secara internasional dan itu akan dicerminkan mungkin harga yang meningkat. Kalau Indonesia sebenarnya kalau dilihat dari indeks ketahanan pangan atau persentase impor terhadap pemanfaatan, sebenarnya impor kita katakanlah rata-rata 1 juta ton per tahun dibagi 35 kebutuhan dan itu di bawah 5 persen. Seringkali  kita digambarkan bahwa kita sangat ketergantungan, sebenarnya kita hanya mengimpor di bawah 5 persen dari kebutuhan.
 
Tapi jumlahnya tiap tahun terus meningkat bagaimana?

Tidak tahun ini kita belum impor. Diproyeksikan oleh kita paling tidak dari Kementerian Pertanian pada tahun ini kita tidak akan mengimpor beras, berarti produksi kita bisa memenuhi tahun ini. Bulog juga informasi yang saya dapatkan, pengadaan dalam negerinya cukup tinggi pada posisi sekarang itu sekitar 2,8 juta ton dan itu aman bagi kestabilan harga dalam negeri. Tapi tentu saja setelah saya menyampaikan informasi itu apapun yang namanya ketergantungan terhadap impor itu harus dihindarkan. Karena pada saat kita perlu kemudian di pasar tidak ada dan harga tinggi itu akan merepotkan ketahanan pangan kita, pemerintah sadari penuh bahwa itu tidak boleh kita dihadapkan pada kondisi itu. Untuk itu upaya kita pak presiden misalnya dengan makna surplus 10 juta ton bahwa kita harus mampu memenuhi kebutuhan beras dari produksi dalam negeri, makanya ditarget tidak hanya swasembada tapi surplus 10 juta ton. 


Surplus ini apakah dipastikan tidak bakal dilepas ke pasar dunia?


Sebenarnya surplus itu bisa ada di masyarakat sebagai cadangan pangan masyarakat. Misalnya di dapur rumah kita masing-masing pasti menyimpan beras untuk seminggu, itupun termasuk surplus cadangannya, di Bulog kita punya 2,8 juta ton itu juga bagian surplus kita. Kalau setelah itu masih juga kelebihan tentu saja kita akan mengekspornya, konsepnya seperti itu.
 
Jadi tahun ini kita belum impor sama sekali?

Tahun ini belum sama sekali. Ini sudah bulan Oktober ya, kalau kita bisa mempertahankan dua bulan lagi tidak impor, artinya kalau tiba-tiba harga naik mau tidak mau harus impor. Sekarang harga katakanlah relatif stabil, proyeksi saya mungkin sampai akhir tahun ini kita tidak akan mengimpor. Bahwa tahun depan bisa saja impor karena persiapan untuk meningkatkan cadangan pangan dalam rangka pemilu dan sebagainya itu bisa saja terjadi. Pada saat kita pesta demokrasi juga cadangan pangan pokok harus cukup sehingga kita impor tahun depan itu sesuatu hal yang memang kita harus lakukan misalnya.

Terkait dengan jangka panjang apa yang dilakukan selain mengamankan stok? program diversifikasi pangan apa kabarnya?
 
Pertama kita tetap berupaya meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin. Itu dilakukan dengan pemanfaatan teknologi yang bisa meningkatkan produktivitas dan efisiensi, juga bisa respon terhadap perubahan iklim ekstrim. Kedua betul sekali yang disampaikan, bahwa diversifikasi pangan itu memang salah satu upaya yang apabila itu berhasil dengan kampanye Pola Pangan B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman) itu konsumsi beras per kapita bisa diturunkan yang berarti kebutuhan total beras akan menurun, akan mengurangi kita juga ketergantungan akan impor. 


Beberapa waktu lalu ada idememberikan raskin tapi berasnya diganti dengan pangan lokal, itu sudah berjalan atau belum? 


Sampai saat ini belum berjalan. Tetapi ide itu harus kita dorong terus karena sebenarnya pangan-pangan lokal itu mempunyai nilai yang juga tidak kurang dari beras dan sebagian besar masyarakat kita masih mengkonsumsi itu seperti di Maluku, Sulawesi Tenggara, Papua itu masih sagu dan mereka sehat-sehat juga.

Selama ini hambatannya dimana untuk menerapkan itu?

Mungkin kita harus merumuskan apabila itu dilaksanakan siapa mengerjakan apa, biayanya dari mana itu yang masih harus dirumuskan lebih baik. Kalau konsepnya bahwa bantuan pangan bagi rakya miskin itu harus beragam tidak hanya beras itu sudah dipahami semua pihak dan bagaimana implementasinya itu mungkin yang harus didiskusikan lebih jauh lagi.

Setelah surplus ke depan apakah mencoba mengekspor?

Betul. Jadi kalau memang kita surplus dan cadangan pangan mencukupi tentu saja kelebihannya tidak bisa disimpan begitu saja, karena bisa rusak, busuk, dan sebagainya alternatifnya adalah mengekspornya. Tetapi untuk mengekspor itu kita harus juga memperhatikan di pasaran internasional, artinya harga-harga di pasaran internasional. Itu berarti produksi beras kita harus efisien, harganya kompetitif dengan yang lain. Pada saat ini yang kita lihat kita punya kemampuan berkompetisi dengan pihak lain pada beras-beras premium. Pada awalnya beras organik, beras premium yang harganya cukup tinggi tetapi kita bisa produksi dengan efisien, itu yang kita promosikan terlebih dahulu. Karena kalau di kelas medium dan di kelas bawah mungkin Thailand dan Myanmar mungkin biaya per kilogram masih rendah daripada kita sehingga kita agak susah berkompetisi. Tapi untuk beras premium kita bisa berkompetisi, kita sudah mulai mengekspor paling tidak pada saat lalu beras organik dari Tasikmalaya ke Amerika, kemudian beras premium beberapa ke Arab Saudi, Brunei Darussalam tapi dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Artinya itu peluang, kita sudah bisa masuk pasar, apabila pasar berkembang bisa dimanfaatkan.                        

  • impor beras
  • ketahanan pangan
  • cina

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!