OPINI

Moratorium Sepak Bola

Berziarah ke makam Haringga Sirila

Mengerikan. Harga fanatisme di negeri ini bisa berarti tumpahnya darah, bahkan hilangnya nyawa. Ini dialami Haringga Sirila, suporter klub sepak bola Persija Jakarta . Maksud hati menonton kesebelasan kesayangan bertanding, Hari harus melepas nyawa pada Minggu yang keras itu. Segerombolan remaja berkaos biru merengut nyawanya sembari menghamburkan sumpah serapah. Tak ada belas kasih, melihatnya terkapar tak berdaya berlumur darah.

Kekerasan antarsuporter tak hanya terjadi di Liga Satu. Kekerasan juga terjadi di Liga Tiga sehari sebelumnya. Pendukung tim tamu klub Madiun Putra terlibat bentrok dengan suporter tuan rumah Persinga Ngawi. Beruntung petugas bertindak cepat, sehingga tak sampai jatuh korban jiwa.

Bagaimana dengan Liga Dua, apakah tak ada kekerasan? Pada pertandingan pertengahan bulan di Stadion Laskar Joko Samudro di Gresik, Jawa Timur,  Wasit Abdul Razak yang memimpin jalannya pertandingan jadi bulan-bulanan pukulan dan tendangan pemain. Para pemain Persiwa Wamena itu tak terima hukuman penalti saat menghadapi Persegres Gresik United.

Bagaimana dengan organisasi yang mengurusi sepak bola? 11-12. Beberapa hari lalu di sejumlah media sosial viral tayangan video Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi menampar suporter. Peristiwa ini terjadi pada Jumat lalu, saat Edy menyaksikan pertandingan PSMS yang menjamu  Persela Lamongan di Stadion Teladan Medan.

Kekerasan meruyak. Ini waktunya mengevaluasi diri. Saatnya moratorium atau penghentian sementara seluruh kompetisi sepak bola. Agar tak ada lagi kekerasan. Agar tak jatuh lagi korban jiwa.

  • Persija
  • Persib
  • kerusuhan sepak bola
  • Liga Satu

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!