BERITA

Asa Buat Gaza

"Rebecca Henschke masih ingat hari ketika dia hendak berenang di pantai Israel."

Asa Buat Gaza
konflik palestina israel, asa buat gaza, konflik gaza, jalur gaza, yahudi

KBR, Jakarta - Rebecca Henschke masih ingat hari ketika dia hendak berenang di pantai Israel.

“Tiba-tiba ada roket … shiiiiing … di depan. Boom! Meledak tidak jauh dari kami. Terus ada anak muda Palestina lewat dan sedikit menangis. ‘Kamu lihat bom kamu lihat bom?’ kata dia. ‘Saya sangat capek dengan perang ini. Kami sudah 60 tahun lebih mengalami perang dan kami capek. Tolong kasih tahu ke dunia bahwa kami capek,” cerita Rebecca.

Konflik Palestina-Israel terus memakan nyawa. Sampai saat ini, pihak berwenang Palestina mengatakan 1.115 warga tewas sejak 8 Juli. Mayoritas sipil, termasuk ibu dan anak. Gedung dan rumah di Palestina luluh lantak. Israel sendiri kehilangan 50-an tentara dan tiga warga sipil.
 
Rebecca adalah jurnalis yang menyaksikan sendiri kehidupan masyarakat Palestina-Israel. Dalam “Agama dan Masyarakat” KBR dan TV Tempo, Rabu (30/7) malam, Rebecca menceritakan pengalamannya datang langsung ke sana pada pertengahan Ramadhan. Dia merasakan langsung ketegangan di kota suci buat tiga agama.

“Yerusalem di mana-mana tempat bersejarah dan keagamaan. Ada orang Kristen sedang begini, lalu ada Yahudi, beberapa menit lagi bertemu masjid Al Aqsa,” kisah Rebecca. “Tambah lagi ada orang militer Israel di mana-mana. Itu juga bikin suasana yang agak kejam ya.”

Rebecca menjelaskan bahwa konflik Palestina-Israel bukanlah konflik agama. Dia bercerita bahwa umat muslim, Kristen dan Yahudi sama-sama ada di kedua negara. Di Palestina, warga muslim ada 88%, Kristen 9%, dan Yahudi 3%. Sementara di Israel warga Yahudi ada 75% dan warga muslim 16%.
“Ini lebih ke sejarah dan tanah,” tegas Rebecca. 

Konflik yang berlarut-larut telah menyusahkan warga Palestina. Keluarga Palestina tidak bisa merenovasi rumah mereka, bahkan ketika mereka punya cucu baru. Militer Israel merampas kamar baru itu dan memberikannya kepada warga Yahudi. “Warga Palestina harus lihat tempat yang mereka bangun sendiri, dengan uang mereka sendiri, dipakai orang Yahudi. Dan setiap mereka lewat bisa berantem kan?” kata Rebecca.

Pemerintah Israel juga sangat mengontrol populasi warga Palestina. Proses menikah menjadi sangat rumit. Sementara pelayanan publik dari pemerintah Palestina sendiri tidaklah memadai. Rebecca menggambarkan pusingnya jadi warga Palestina, “Untuk ini harus ke Israel, untuk ini harus ke Palestina.”

“Ini sangat-sangat kompleks. Saya juga banyak baca berita, tapi yang saya lihat di lapangan itu Israel seperti ini,” jelasnya.

Tekanan terhadap warga Palestina berlanjut. Warga Palestina yang akan sholat di masjid Al Aqsa, setiap Jumat, harus mengantre panjang. Mereka naik bus, melewati sederet pos pemeriksaan. “Orang-orang Palestina sangat sangat capek dengan checkpoint,” kata Rebecca.

Sementara Rebecca menyaksikan sendiri bahwa hubungan keluarga Palestina dan Israel sebetulnya baik. Konflik tidak berlaku di hubungan tetangga. Peperangan pun sebetulnya tidak disetujui oleh seluruh Yahudi di Israel. “Ada banyak Israel Yahudi yang sangat malu dengan pemerintahnya. Mereka ingin sikap berbeda,” jelasnya.

Kini Palestina membutuhkan solusi. Berbagai ide sudah diutarakan termasuk membuat satu negara utuh di mana warga Israel dan Palestina hidup bersama, namun ini ditentang oleh kelompok Yahudi ekstrim.

Belakangan, ormas Front Pembela Islam (FPI) dari Indonesia mengatakan akan berangkat ke Gaza mengangkat senjata. Namun Rebecca mengingatkan, “Orang Palestina bilang ke saya, ‘Kita tidak butuh tentara tapi butuh suara’.”

Rebecca bilang bantuan uang, makanan, dan obat tentu diperlukan. Bisa juga pergi ke Gaza, seperti teman Rebecca yang jadi pengacara membela hak warga Palestina atas lahan.

Ingin yang lebih efektif, Rebecca menganjurkan masyarakat membantu kelompok Yahudi yang mendorong kedamaian. Kelompok ini terus menekan pemerintah Israel dari dalam untuk selesaikan konflik. Rebecca menjelaskan, “Ada banyak kelompok kalau Anda Google, ada Peace Now dan kelompok lain yang semuanya orang Yahudi.”

Rebecca punya asa kedamaian akan kembali ke Gaza. Sebab Rebecca satu kali mendengar anak kecil Israel berkata kepada orang Palestina, “saya tidak setuju dengan pemerintah saya, dan saya tahu mereka jahat.”

Editor: Fuad Bakhtiar

  • konflik palestina israel
  • asa buat gaza
  • konflik gaza
  • jalur gaza
  • yahudi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!