BERITA

Terminal Maskapai Berbiaya Rendah Segera Terwujud di Bandara Soekarno-Hatta

Terminal Maskapai Berbiaya Rendah Segera Terwujud di Bandara Soekarno-Hatta

KBR, Jakarta- Rencana PT Angkasa Pura II untuk membuat Low Cost Carrier Terminal (LCCT) atau terminal berbiaya rendah, di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang akan terwujud. Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin menjelaskan, LCCT Bandara Soekarno-Hatta akan bertempat di Terminal 1 dan 2.

Kata dia, pembuatan LCCT ini untuk meningkatkan arus pariwisata. Menurutnya, pariwisata sudah menjadi sektor yang sangat penting di Indonesia.

"Terminal kategori LCCT,  akan mendorong  pertumbuhan pariwisata. Pariwisata sudah menjadi leading sektor dan akan menjadi inti ekonomi Indonesia kedepan,"  ungkap Awaluddin saat ditemui usai diskusi di Menara BCA, Kamis, (09/08).

Awaluddin menerangkan, proses realisasi terminal kategori LCCT sudah dimulai. Nantinya, kata dia, Terminal 1 menjadi LCCT Domestik, dan Terminal 2 menjadi LCCT Domestik dan Internasional. Sedangkan Terminal 3, ujarnya, menjadi pelayanan penuh bagi penumpang domestik maupun internasional reguler.

Setiap tahun, kata Awaluddin, Terminal 1 dapat menampung 22 juta penumpang, Terminal 2 menampung 15 juta penumpang, dan Terminal 3 dapat menampung 25 juta penumpang.

"Ditargetkan, Terminal 1 nantinya bisa menampung 28 juta penumpang per-tahun bila LCCT telah resmi. Harapannya, pada 2028 atau 10 tahun kedepan, kami bisa melayani 100 juta penumpang per-tahunnya," harap Awaluddin.

Ia mebeberkan, butuh anggaran sebesar Rp3,7 triliun untuk menyulap Terminal 1 dan 2 sebagai LCCT. Kata dia, biaya tersebut berasal dari dana internal PT Angkasa Pura II, atau self financing. Rencananya, LCCT  dapat dioperasikan paling cepat akhir tahun ini atau paling lambat awal tahun 2019.


Editor: Adia Pradana

 

 

  • Bandara
  • angkasa pura II

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!