BERITA

Polusi Udara Menurunkan Tingkat Kecerdasan

Polusi Udara Menurunkan Tingkat Kecerdasan

KBR, Jakarta- Polusi udara disebut menjadi penyebab kematian jutaan orang di seluruh dunia.  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mempublikasikan laporan yang dikumpulkan dari 4300 kota di 108 negara terkait paparan polusi. Data itu dihimpun dalam dua tahun terakhir. Penelitian ini menemukan, udara yang beracun dapat meningkatkan risiko penyakit mental pada anak. Sementara itu, analisis lain menemukan kalau kehidupan di jalanan yang ramai akan meningkatkan risiko demensia.

Ada juga penelitian baru yang menyebutkan kalau polusi udara menyebabkan penurunan kecerdasan secara signifikan. Semakin lama orang terpapar dengan udara kotor, semakin besar kerusakan pada kecerdasan, dengan kemampuan berbahasa lebih terpengaruh daripada kemampuan aritmatika dan laki-laki lebih terdampak daripada perempuan. Para peneliti mengatakan ini mungkin hasil dari perbedaan dalam cara kerja otak laki-laki dan perempuan.

Selama empat tahun belakangan, kemampuan aritmatik dan bahasa dari 20.000 warga China diamati dalam penelitian yang dipublikasikan dalam National Academy of Sciences Amerika Serikat oleh peneliti China. Para ilmuwan membandingkan hasil tes dengan catatan dari polusi nitrogen dioksida dan sulfur dioksida.

Meskipun penelitian ini dilakukan di China, peneliti mengungkapkan bahwa hasil temuan ini relevan di seluruh dunia - dengan 95 persen populasi global menghirup udara yang tidak sehat. Ditemukan juga bahwa tingkat polusi yang tinggi menyebabkan penurunan yang signifikan dalam skor tes bahasa dan aritmatika.

Xi Chen, salah satu anggota peneliti mengatakan kepada The Guardian bahwa udara yang tercemar akan menyebabkan seseorang kehilangan satu tahun pendidikannya. Kenaikan 1mg polusi selama tiga tahun setara dengan kehilangan lebih dari satu bulan pendidikan.

Para ilmuwan mencatat penurunan kognisi secara bertahap terlihat seiring bertambahnya usia. Chen juga mengatakan efek polusi udara ini akan lebih buruk bagi orang tua, terutama yang berusia di atas 64 tahun. Padahal menurutnya, keputusan-keputusan kritis lebih banyak dibuat di usia tua.

“Laporan ini temuannya sangat mengkhawatirkan,” kata Rebecca Daniels, dari badan amal kesehatan masyarakat Inggris Medact, seperti dikutip The Guardian.

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati individu yang sama, seiring dengan polusi udara yang bervariasi dari tahun ke tahun, yang berarti bahwa banyak faktor penyebab lain yang mungkin mempengaruhi, seperti perbedaan genetik.

Selain itu ditemukan juga bahwa orang menjadi lebih tidak sabar atau tidak kooperatif selama tes ketika polusi tinggi. Chen juga mengungkapkan bahwa polusi udara dianggap dapat memiliki dampak jangka pendek pada kecerdasan.

"Tapi tidak ada jalan pintas untuk menyelesaikan masalah ini," kata Chen. “Pemerintah benar-benar perlu mengambil langkah konkret untuk mengurangi polusi udara,” lanjutnya.

Editor: Citra Dyah Prastuti 

  • polusi Jakarta
  • polusi udara

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!