BERITA

Diterjang Gelombang Tinggi, Pelaku Wisata Kebumen Rugi Ratusan Juta

"Total kerugian di Pantai Suwuk dan Pantai Petanahan ditaksir mencapai Rp625 juta. BPBD juga masih mendata kerugian-kerugian skala kecil di sejumlah pantai yang terkena terjangan gelombang tinggi."

Muhamad Ridlo Susanto

Diterjang Gelombang Tinggi, Pelaku Wisata Kebumen  Rugi  Ratusan Juta
Ilustrasi: Antara

KBR, Kebumen- Pemerintah Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, dan pelaku wisata rugi hingga ratusan juta rupiah akibat terjangan gelombang tinggi yang merusak infrastruktur di sejumlah pantai, Senin, (13/08) kemarin. 

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kebumen, Eko Widianto mengatakan masih mendata jumlah pasti kerugian akibat fenomena alam tersebut. Kata dia, berdasarkan hitungan sementara, kerugian kategori besar terjadi di Pantai Suwuk dan Pantai Petanahan. Total kerugian di dua pantai wisata tersebut mencapai Rp 625 juta.

Kata Eko, di Pantai Suwuk, sebanyak 15 kios permanen milik pengelola wisata dan pemerintah daerah, rusak. Sementara di Pantai Petanahan sejumlah sarana dan prasarana rusak total.

“Kurang lebih kerugian itu ya sekitar Rp 375 juta, untuk 15 bangunan kios itu. Terus untuk jalan paving, kira-kira Rp 100 jutaan. Kemudian yang di Pantai Petanahan, itu belasan MCK milik masyarakat hancur total. Itu karena tidak begitu permanen kerugian kira-kira Rp 150 juta,” kata Eko merinci, Selasa, (14/08).

Lebih lanjut Eko mengemukakan, petugas BPBD juga masih mendata kerugian-kerugian skala kecil di sejumlah pantai yang terkena terjangan gelombang tinggi. 

Eko menambahkan, sebelumnya, pada Juni lalu, gelombang tinggi juga menerjang sejumlah pantai di Kebumen. Saat itu, sebanyak 70 bangunan dan puluhan perahu nelayan rusak. Kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.

Editor: Adia Pradana 

  • gelombang tinggi
  • kebumen
  • pantai

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!