BERITA

Polri Periksa Novel Sambil Cocokkan Sketsa Wajah Pelaku

Polri Periksa Novel Sambil Cocokkan Sketsa Wajah Pelaku

KBR, Jakarta - Mabes Polri belum bisa membuka ke publik mengenai sketsa wajah terduga pelaku kedua dalam perkara teror penyiraman air keras ke arah penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.

Juru bicara Mabes Polri, Setyo Wasisto mengatakan saat ini, aparat fokus melakukan sinkronisasi terhadap sketsa terduga pelaku pertama ke Novel. Sinkronisasi dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan terhadap Novel Baswedan yang masih dirawat di Singapura.


Setyo mengatakan sinkronisasi ke Novel dilakukan karena Kepolisian Australia (Australia Federal Police) tidak bisa mengidentifikasi CCTV yang diberikan penyidik Polri.


"Sekarang yang pertama dikirim dulu ke Singapura. Kan Austalia sudah tidak bisa soal CCTV. Tim kita bergerak di sini dan ke Singapura, nanti dikroscek hasilnya," kata Setyo Wasisto di Mabes Polri, Senin (14/8/2017).


Polda Metro Jaya yang menangani kasus penyerangan Novel Baswedan sebelumnya meminta bantuan AFP untuk mengidentifikasi pelaku, melalui rekaman kamera CCTV yang terpasang di sekitar rumah Novel di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Polri tidak bisa mengidentifikasi pelaku karena rekaman video di CCTV memiliki resolusi rendah.


Terkait sketsa pelaku kedua, lanjut Setyo, Polri memastikan hal itu masih diproses dan akan dilakukan setelah pemeriksaan Novel di Singapura selesai.


"Sekarang kan masih berlangsung pemeriksaan Novel. Nanti kalau sudah selesai, kami informasikan lagi," kata Setyo.


Baca juga:


Editor: Agus Luqman 

  • Novel Baswedan
  • #novel baswedan
  • penyerangan Novel Baswedan
  • teror novel baswedan
  • penyerangan terhadap Novel Baswedan
  • #Novelbaswedan
  • Novel Baswedan diserang
  • penyerangan Novel
  • sketsa penyerang Novel Baswedan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!