BERITA

Yang Ketu7uh, Sutradara: Ini Film tentang Voters

Yang Ketu7uh, Sutradara: Ini Film tentang Voters

KBR, Jakarta – “Sampai film ini diproduksi, Mahkamah Konstitusi masih menggelar sidang gugatan kecurangan Pemilu Presiden.”


Begitu tulisan yang menutup film “Yang Ketu7uh” karya sutradara Dandhy Dwi Laksono. Film produksi WatchDoc ini adalah sebuah film dokumenter yang bermaksud untuk menangkap hiruk pikuk Pemilu 2014, yang bagi banyak orang berlangsung dengan ‘menegangkan’. Tapi jangan salah, ini bukan film tentang Pemilu 2014. 


“Ini film tentang voters,” tegas sang sutradara. 


Ada tiga tokoh utama dan satu tokoh sampiran yang diangkat dalam film “Yang Ketu7uh” ini – ada ibu buruh cuci, kuli bangunan, petani penggarap serta tukang ojek. Profesi ini dipilih untuk menangkap suara para pemilih yang notabene tidak aktif secara politik. “Ini bukan soal orang yang biasa bicara soal politik lalu mengungkapnya di media sosial,” kata Dandhy. 


Dandhy sendiri dikenal sebagai sutradara film dokumenter yang kerap mengambil tema sosial, politik dan hak asasi manusia. Salah satu film terakhirnya adalah "Kiri Hijau Kanan Merah" yang mengangkat soal sosok Munir serta "Alkinemokiye" yang bercerita soal kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian kepada karyawan Freeport pada 2012.


Sembilan belas


Film ini digarap oleh 19 videografer yang masing-masing menyumbang hasil rekaman video mereka. Dengan panduan yang sudah disepakati bersama, seluruh gambar yang terkumpul itu dipilih, lalu dijahit menjadi satu kesatuan film. Mengingat ada 19 tangan yang terlibat di sini, tak heran kalau cara pengambilan gambar berikut angle-nya terlihat sangat beragam. 


“Kami backgroundnya wartawan semua, tapi kami mencoba menghindari (format) kaleidoskop dalam film ini.”


Para videographer ini adalah mereka yang pernah terlibat dalam film Dandhy sebelumnya, yaitu Lini Massa 1, 2 dan 3. “Mereka sudah pernah terlibat dalam WatchDoc,” kata Dandhy. 


Tak satu pun dari mereka yang ditanya soal preferensi politiknya. “Saya baru tahu pilihan politik mereka di saat-saat terakhir.”


Tanpa perencanaan 


Film ini mulai digarap sejak awal 2014, sebelum Pemilu Legislatif digelar. Para videografer itu lantas membahas alur cerita bersama dan mulai mengumpulkan footage. “Dari sisi momen dan visual yang terkoleksi, event Jokowi memang lebih ‘wah’ ketimbang Prabowo yang less creative,” kata Dandhy. 


Meski begitu Dandhy menegaskan kalau film ini bukan soal Joko Widodo atau Prabowo Subianto. “Ini tentang human story, tentang bagaimana dampak personal Pemilu kepada hidup seseorang.”


Menurut Dandhy, proses pembuatan film ini berbeda dengan film-film sebelumnya yang diproduksi WatchDoc. 


“Ini bukan jenis film yang sudah kita rapatkan sejak tiga tahun lalu,” kata Dandhy. “Kita tidak mendesain produksinya dari awal. Tidak mulai dari riset, tidak mulai dari observasi. Kita punya materi-materi visual dan itu lantas di-follow up.” 


Layar Merdeka 


Untuk film ini, WatchDoc menggandeng KataData, sebuah perusahaan media dan riset bidang ekonomi dan bisnis. Redaktur Pelaksana KataData Ade Wahyudi mengatakan, kerjasama ini mulai terjalin setelah WatchDoc mengunggah trailer film “Yang Ketu7uh” ke media sosial. 


Menurut Ade, Pemilu 2014 adalah Pemilu yang “sangat menegangkan” dan film ini memotret banyak aspek penting dari Pemilu kali ini. Karena itu KataData ingin supaya film ini bisa ditonton sebanyak mungkin orang, “Bagaimana pun caranya.”


Penasaran dengan film ini? Nanti malam, Sabtu (16/8/2014) KataData dan WatchDoc menggelar Layar Merdeka di Taman Fatahillah untuk sama-sama menonton film “Yang Ketu7uh” mulai jam 9 malam. 



  • Yang Ketu7uh
  • WatchDoc
  • Dandhy Dwi Laksono

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!