BERITA

PLTA Batang Toru Bisa Hemat Anggaran BBM Rp5,6 Triliun per Tahun

PLTA Batang Toru Bisa Hemat Anggaran BBM Rp5,6 Triliun per Tahun

KBR, Jakarta- Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, diklaim bisa mengurangi anggaran belanja BBM pemerintah hingga Rp5,6 triliun per tahun. Perwakilan PT North Sumatera Hydro Energy (PT NSHE) Agus Djoko Ismanto mengatakan, penghematan anggaran itu nantinya bisa digunakan pemerintah untuk program lain seperti penuntasan kemiskinan dan pembangunan infrastruktur. 

“Pengoperasian PLTA tidak menggunakan bahan bakar minyak (BBM), sehingga ada penghematan anggaran untuk belanja BBM kurang lebih 400 juta dolar AS per tahun atau sekitar Rp5,6 triliun,” jelas Agus, seperti dikutip Antara, Rabu (3/7/2019).

PLTA Batang Toru diproyeksikan akan rampung dan mulai beroperasi  2022. Pembangkit energi bersih ini ditargetkan bisa memasok listrik sebesar 2.124 gigawatt-hour per tahun, atau memenuhi sekitar 15 persen dari total kebutuhan listrik Sumatera Utara.


PLTA Batang Toru Kurangi Emisi Karbon 1,6 Juta Ton

Agus juga mengklaim PLTA Batang Toru bisa mengurangi emisi karbon sebanyak 1,6 juta ton karbon per tahun.

"Ini energi bersih. Dari produknya bersih. Pada saat digunakan tidak menimbulkan pencemaran. Listriknya bersih dipakai juga tidak timbulkan pencemaran. Kalau kita setarakan energi bersih ini setara dengan mengurangi emisi karbon sebanyak 1,6 juta ton setiap tahun di udara," kata Agus.

Agus menyebut kemampuan PLTA Batang Toru mengurangi emisi karbon ini sama dengan manfaat hutan seluas 120.000 hektare.

"Jadi kalau mau serap karbon 1,6 juta ton buatlah hutan seluas 120.000 hektare," katanya.


Baca Juga:

Pertamina Produksi Green Diesel, Bisa Kurangi Impor BBM Rp25 Triliun

Distribusi BBM Premium Menyalahi Hukum Lingkungan? Ini Kata Peneliti


Masih Ada 140 Juta Ton Lagi yang Harus Dikurangi

Kalau dilihat dalam konteks besarnya, pengurangan emisi 1,6 juta ton dari PLTA Batang Toru belum memberi pengaruh signifikan.

Pasalnya, menurut data Global Carbon Project, sampai 2017 Indonesia masih menghasilkan total emisi karbon sebanyak 486 juta ton per tahun.

Jika mengacu pada Paris Agreement, Indonesia masih punya tanggung jawab untuk mengurangi emisi karbon sebanyak 29 persen dari jumlah itu, atau sekitar 140 juta ton lagi dalam satu dekade ke depan.

Satwa

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menekankan agar Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) PLTA Batang Toru memperhatikan habitat satwa. Menteri LHK Siti Nurbaya mengatakan, sebelumnya Amdal dari pemerintah daerah belum memperhitungkan spesies orangutan baru. Hal itu dikarenakan spesies orangutan baru ditemukan 2 sampai 3 tahun belakangan ini. Sementara inisiasi PLTA sudah muncul sejak 2008 lalu.

"Tapi intinya Amdal-nya sedang diperbaiki dengan memperhatikan keberadaan sepesies baru orang hutan Tapanuliensis ya, spesies baru. Jadi sebetulnya di dalam Amdal yang lama, dalam sistemnya mereka sudah memperhatikan, termasuk bagaimana arus balik ikannya, koridor race ikannya bisa bolak-balik itu sebernya sudah ada. Artinya intensi untuk baiknya kepada lingkungan itu sebetulnya sudah kelihatan," kata Menteri Siti di Kantor KLHK, Jakarta, Senin (10/6/2019).


Menteri LHK Siti Nurbaya menambahkan, udah memberikan sejumlah rekomendasi kepada pemerintah daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara terkait revisi Amdal tersebut. Rekomendasi itu di antaranya terkait dengan teknikal pembangunan hingga koridor satwa.


Sebelumnya, pembangunan PLTU Batang Toru mendapat protes dari masyarakat karena dianggap menganggu habitat orangutan khas Tapanuli. 


Editor: Rony Sitanggang

  • PLTA
  • PLTA Batang Toru
  • Tapanuli Selatan
  • Sumatera Utara
  • energi bersih
  • energi terbarukan
  • emisi karbon
  • paris agreement

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!