BERITA
Barong Ider Bumi, Ritual Bersih Desa Suku Using
"Dilaksanakan setiap hari kedua bulan Syawal sesuai penanggalan Islam. "
KBR, Banyuwangi – Pada hari kedua Hari Raya Idul Fitri 1436H, ribuan
masyarakat mulai berbondong-bondong memadati Desa Kemiren Banyuwangi
Jawa Timur. Tak hanya warga lokal, namun masyarakat dari berbagai daerah
dan beberapa wisatawan mancanegara juga ikut berjubel.
Pemandangan tersebut terlihat pada saat ritual adat Barong Ider Bumi
yang digelar di desa Kemiren, Sabtu sore (18/7/2015). Barong Ider Bumi
adalah upacara adat Suku Osing, suku asli Banyuwangi, yang dilaksanakan
setiap hari kedua bulan Syawal sesuai penanggalan Islam.
Ritual ini telah dilakukan masyarakat Desa Kemiren sejak ratusan tahun
yang lalu. Konon, saat itu Desa Kemiren terkena pageblug (wabah
penyakit) dan bencana. Banyak orang yang pagi hari sakit sorenya
meninggal atau malam sakit, paginya sudah meninggal. Tidak hanya wabah
kematian yang menyerang warga, ratusan hektare sawah juga diserang hama
sehingga terjadi gagal panen.
Warga pun mengadakan tirakatan dan berdoa memohon petunjuk dari Tuhan
Yang Maha Kuasa. Akhirnya salah seorang tetua adat Desa Kemiren yang
bernama Mbah Buyut Cili mendapatkan wangsit melalui mimpinya. Dalam
mimpinya disebutkan bahwa untuk mengusir penyakit dan hama yang melanda
desa, penduduk harus mengadakan selamatan kampung dengan menggelar
ritual arak-arakan Barong untuk menolak datangnya bencana. Dan terbukti
benar, usai arak-arakan barong dilakukan, desa menjadi damai dan
sejahtera.
Sejak saat itulah, ritual arak Barong yang akhirnya disebut Barong Ider
Bumi ini menjadi tradisi yang hanya bisa dijumpai di Desa Kemiren,
sebuah desa adat yang menjadi basis Suku Osing. Dalam ritual tersebut, barong
wajib diarak keliling desa dengan diiringi pembacaan macapat (tembang
Jawa) yang berisi doa dan pemujaan terhadap Tuhan dan nenek moyang untuk
menolak bahaya yang mengancam keselamatan penduduk desa.
Barong adalah kostum dengan topeng dan aksesoris yang merupakan
penggambaran hewan yang menakutkan. Barong ini dipercaya oleh masyarakat
Osing memiliki kemampuan untuk mengusir roh-roh jahat. Dengan
melakukan ritual ini, warga berharap mendapatkan keselamatan,
penyembuhan, kesuburan, dan pembersihan diri dari semua kesalahan yang
pernah mereka lakukan pada tahun sebelumnya.
Pada tanggal dua Syawal 1436 Hijriyah, tepat pukul 14.00 WIB Barong Ider Bumi dimulai. Acara tersebut diawali dengan ritual sembur
otik-otik yakni ritual menyemburkan (menyebarkan) uang receh yang
dicampur dengan beras kuning dan bunga yang melambangkan wujud syukur
masyarakat Desa Kemiren atas rejeki yang telah diterimanya.
Selepas ritual sembur otik-otik, seluruh warga langsung mengarak tiga
barong Osing yang diawali dari pusaran (gerbang masuk) desa ke arah
barat menuju tempat mangku barong sejauh dua kilometer. Selain warga,
para sesepuh juga ikut berjalan mengarak barong-barong tersebut sambil
membawa dupa dan melafalkan doa-doa untuk keselamatan seluruh warga. Tak
lupa, tabuhan musik khas Osing juga mengiringi. Sangat meriah namun
tetap sakral.
Setelah diarak sejauh dua kilometer, para Barong digiring kembali ke
pusaran untuk selamatan bersama. Nah di sinilah puncak acaranya, yakni
selamatan dengan menggunakan tumpeng pecel pitik, yaitu ayam kampung yang
dibakar dengan ditaburi kelapa sebagai wujud rasa bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan keberkahan.
Tumpeng pecel pitik ditata rapi berjajar disepanjang jalan. Masyarakat
dan pengunjung yang menyaksikan langsung ritual sakral ini langsung
merapat tertip mengelilingi tumpeng-tumpeng yang menggugah selera itu.
Setelah berdoa bersama, barulah mereka bisa menyantap tumpeng pecel
pitik bersama-sama.
Tokoh adat yang sekaligus ketua panitia acara ini, Suhaimin, mengatakan
ritual ini akan tetap dilestarikan. Selain untuk memohon keselamatan
desa, juga agar dapat menjadi kekayaan budaya lokal Banyuwangi.
“Ritual
ini merupakan penyelenggaraan yang ke-114. Terima kasih atas dukungan Pemda untuk melestarikan ritual adat desa kami. Bahkan, kegiatan ini
sudah dimasukkan dalam agenda Banyuwangi Festival,” kata Suhaimi.
Hal senada juga diungkapkan oleh, Plt Kepala Dinas Pariwisata
Banyuwangi, Mohammad Yanuar Bramuda. Dia mengatakan, Pemerintah
Banyuwangi terus mendukung pelestarian budaya lokal, salah satunya
Barong Ider Bumi ini. “Kami membantu agar pelaksanaannya bisa tertib,
aman dan lancar. Agar tidak ada kendaraan yang masih lalu lalang saat ritual sudah dimulai, sehingga upacara adat ini bisa lebih sakral,” ujar
Bramuda.
Editor: Citra Dyah Prastuti
- Barong Ider Bumi
- hari kedua bulan Syawal
- Suku Osing Banyuwangi
- Desa Kemiren Banyuwangi
Komentar (0)
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!