BERITA

Dirut RRI: Dua Ribu Relawan Quick Count RRI Itu Penyiar sampai Penulis Naskah

Dirut RRI: Dua Ribu Relawan Quick Count RRI Itu Penyiar sampai Penulis Naskah

KBR, Jakarta – Di Pemilu kali ini tiba-tiba nama RRI mencuat begitu hasil hitung cepat seperti terbelah dua – antara yang memenangkan capres Prabowo Subianto dan yang memenangkan capres Joko Widodo. Banyak yang tiba-tiba berteriak kalau RRI tidak boleh melakukan proses hitung cepat, meski sebetulnya ini bukan kali pertama RRI terlibat dalam proses quick count. Di Pemilu sebelumnya pun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memuji hasil hitung cepat RRI karena akurat dan sesuai dengan hasil penghitungan KPU. 


Mendadak seperti ada “badai” yang melanda RRI. Komisi Penyiaran Indonesia melarang RRI menyiarkan hasil hitung cepat, sementara anggota Komisi I DPR mengaku bersiap memanggil RRI untuk mempertanggungjawabkan hasil hitung cepat yang sudah dilakukan. 


Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (RRI) Rosarita Niken Widiastuti ada di bawah sorotan ini. Di tengah “badai” ini, ia mengaku senang mendapat banyak dukungan dari masyarakat dan sejumlah tokoh. 


Bagaimana kabar Anda di tengah persoalan polemik quick count atau exit poll yang dilakukan RRI terkait pilpres kemarin?


“Kabar saja baik-baik saja. Saya bersyukur alhamdulillah ini banyak masukan-masukan baik itu kritik, saran, komentar-komentar. Tetapi dukungan juga tidak kalah banyak dari masyarakat, tokoh-tokoh. Jadi saya kira apa yang dilakukan RRI khususnya quick count, quick count ini hanya salah satu program RRI sebagai radio pemilu 2014. Di samping juga sebagai radio publik kita menyiarkan kontrol sosial kalau terjadi hal-hal yang tidak seharusnya terjadi kita siarkan.”


“Di luar siaran RRI ini punya Puslitbangdiklat, tugasnya sehari-hari adalah melakukan riset. Selain quick count kita juga menyelenggarakan exit poll, kalau exit poll hanya untuk survei persepsi masyarakat. Misalnya berdasarkan gender pemilih perempuan cenderung memilih siapa, pemilih laki-laki cenderung memilih siapa. Ketika memilih apa alasannya, apakah karena visi misinya, apakah karena ketokohannya, apakah karena ada sesuatu yang lain dari itu, kemudian harapan mereka terhadap pemimpin seperti apa.”


“Khusus untuk quick count RRI ini sudah yang kedua kalinya, tahun 2009 kita juga sudah melaksanakan quick count untuk pileg maupun pilpres yang hasilnya tidak jauh dengan hasil KPU. Artinya kita menyelenggarakan quick count ini kita sudah berpengalaman, kalau 5 tahun yang lalu semua penyelenggaraan quick count ini kita handle sendiri. Waktu itu dengan kontributor atau relawan 7.500 pegawai RRI kita kerahkan waktu itu tapi dengan teknologi yang sangat sederhana, hanya SMS. Sekarang ini begitu juga tahun 2014 karena kami sudah menandatangani MoU dengan KPU sebagai penyedia informasi yang dapat dipercaya, kemudian menyediakan ruang untuk sosialisasi untuk semua tahapan, dan juga dari Komisi I meminta RRI untuk menjadi media pemilu 2014. Kami implementasikanlah ke dalam program-program itu, sekarang ini quick count tidak lagi quick report.”


Metodologinya seperti apa? 


“Metodologinya itu menggunakan random sampling. Jadi kita buat stratified random itu per provinsi kemudian kita pilih per provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, kelurahan. Kelurahan ini nanti akan ketemu di TPS mana, jadi bertahap sampai ketemu misalnya TPS 1. Setelah ketemu TPS 1 dia tidak boleh lagi berpindah kemanapun sekalipun TPS 1 itu harus ditempuh jalan 3 hari 3 malam ibaratnya atau harus naik gunung.”


“Sekarang ini Puslitbangdiklat sepenuhnya yang membuat hanya ada orang RRI juga dulu penyiar RRI di Yogyakarta, Mas Hendra. Mas Hendra itu dulu penyiar 7 tahun di RRI Yogyakarta, kemudian dia kuliah di Inggris khusus penelitian waktu itu terus sekarang jadi dosen penelitian di berbagai perguruan tinggi swasta. Dia bantu kami untuk meluruskan metodologi.” 


Untuk sumber pendanaan dari mana? 


“Sumber pendanaan ya dari Diklat sendiri. Diklat punya anggaran penelitian, pengembangan, pendidikan, dan pelatihan tidak ada sponsor sedikit pun. Jadi kita selenggarakan quick count hanya saya itu mengoptimalkan sumber daya yang ada di RRI, hanya capacity building saja sebetulnya.”


“Jadi kalau dipikirnya bagaimana begitu, sebetulnya dua ribu relawan mayoritas orang RRI mereka itu reporter, penyiar, pengarah acara, penulis naskah. Terus untuk RRI yang kecil kan di studio saat hari H harus ada yang bertugas juga, kalau kurang baru ambil dari namanya Kelompok Pendengar RRI. RRI di seluruh Indonesia punya semacam fans itu ribuan, banyak sekali pendengar RRI di daerah itu. Jadi mereka kita pilih yang pelajar, mahasiswa tapi kalau ibu rumah tangga ada yang mau boleh ikut sebagai relawan. Ketika mereka sudah terdaftar sebagai relawan kita minta mereka menandatangani pakta integritas.” 


Dana itu bersumber dari APBN atau apa?


“Ya APBN biasa jadi anggaran rutin RRI.” 


Berapa total yang dihabiskan?


“Saya kurang tahu persis kalau total. Tetapi itu karena teknologi yang digunakan semuanya kita punya ada yang pakai smartphone, itu teknologinya sangat mahal. Dari mana uangnya... lah itu sudah bertahun-tahun kita punya. Tahun kemarin teknologi itu kita pakai untuk membuat RRI Play.” 


Komisi I kabarnya akan mengundang Anda, apakah sudah terima suratnya?


“Belum ada surat sampai sekarang. Jadi sampai sekarang belum ada surat dari Komisi I untuk memanggil RRI.”


Sebenarnya Komisi I tahu tidak RRI menggelar itu?


“Ya tahu kan anggaran siaran pemilu kami presentasikan di depan Komisi I DPR. Kemudian saat pileg karena quick count RRI nyaris sama dengan hasil real count KPU. Komisi I memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan RRI sebagai radio pemilu, termasuk quick count.”


Tapi kenapa sekarang dipersoalkan?


“Ya jangan tanya saya.” 


Kabarnya Anda diancam pihak tertentu, benar?


“Tidak usah dibahas ya.” 


Tapi ada itu? 


“Pokoknya saya no comment, saya bilang tidak ada.” 


Tapi ancaman bukan terhadap Anda saja, RRI kabarnya bakal dibubarkan ya?


“Ya itu seperti yang Anda tahu itu beredar di media. Tapi yang secara langsung surat atau datang ke sini itu tidak ada. Kalau beredar di media online, media sosial itu bukan kewenangan saya untuk menjawab.” 


Kalau di Persepi anggota juga Puslitbangdiklat RRI?


“Tidak.” 


Artinya tidak ada undangan untuk diaudit oleh Persepi?


“Tidak.” 


Tapi kalau memang ada undangan diaudit Persepi atau KPU?


“Kami sangat siap ya. Karena kami sangat detil, kita menerbitkan tiga pedoman quick count, kemudian juga semuanya serba  transparan.” 


Beberapa waktu lalu sempat bertemu dengan KPI, salah satu rekomendasinya menghentikan sementara quick count yang disiarkan oleh RRI dan media lain yang bermitra dengan RRI. Apakah RRI ke depan pemilu mendatang akan meneruskan kebijakan quick count ini atau cukup sampai tahun ini saja?


“Itu akan kami bahas dulu, akan kami bahas setelah ini ya. Karena niat yang tulus, niat yang baik ternyata tidak diterima seperti itu dan kami ini melaksanakan banyak hal tetapi yang disorot hanya satu ini. Padahal itu sudah kita lakukan dengan standar keilmuan yang benar-benar objektif, sesuai metodologi yang benar misalnya diaudit secara keilmuan juga tidak ada masalah. Karena kalau misalnya secara metodologi kurang tepat pasti hasil pileg kemarin jauh ya. Jadi saya rasa kalau untuk ke depan nanti saya bahas dulu, tetapi saya rasa harus ada lembaga yang betul-betul negara itu menyiapkan entah lembaga survei atau apa untuk membuat seperti ini sebagai acuan yang benar-benar netral independen seperti kami ini. Kalau kami dilarang ya pokoknya kami patuh terhadap aturan.” 


Akun Twitter @qcrri sekarang sudah tidak aktif lagi, kenapa?


“Jadi kami ingin cooling down dulu daripada menambah polemik, komentar-komentar yang kurang kondusif. Kita benar-benar berniat baik, kalau kita berniat tidak baik mungkin takut ya.”


“Tetapi karena kami benar-benar tanpa kepentingan apapun kecuali radio publik itu harus menyediakan right to know dan right to expression, menyediakan informasi yang benar dan memberikan ruang untuk masyarakat menyampaikan aspirasi. Itulah inti dari radio publik harus netral, independen tetapi sepenuhnya untuk kepentingan bangsa dan negara.” 


Selain DPR ada lagi pihak luar yang menegur Anda?


“Pokoknya saya tidak mau bicara tegur menegur, tidak mau ancam mengancam, saya bilang tidak ada.” 


Ada kekhawatiran polemik quick count ini akhirnya ada upaya dari segelintir politikus yang ingin melengserkan Anda dari jabatan sebagai Dirut RRI?


“Kalau menurut saya jabatan, hidup ini milik Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada yang abadi kita ini manusia ya, saya ini berserah diri sepenuhnya pada Tuhan. Jadi benar-benar saya seperti dalam titik nol sekarang ini tetapi saya ini berserah diri seutuhnya pada Tuhan, biarlah Tuhan yang mengatur hidup saya, biarlah Tuhan yang melindungi saya, biarlah Tuhan yang menolong saya, saya fokus pada tugas yang diamanahkan Tuhan kepada saya sekarang ini diberi amanah sebagai Dirut RRI. Tetapi selebihnya saya tidak terlalu pikirkan.”     



  • RRI
  • hitung cepat
  • Pilpres 2014

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!