BERITA

Menteri Mari Pangestu: Tantangan Terberat, Memperkenalkan Indonesia Bukan Hanya Bali

"KBR68H, Jakarta - Dengan sumber daaya alam yang melebih Singapura dan Malaysia, pariwisata Indonesia masih tertinggal."

Menteri Mari Pangestu: Tantangan Terberat, Memperkenalkan Indonesia Bukan Hanya Bali
pariwisata, mari pangestu, bali, promosi, wisatawan mancanegara

KBR68H, Jakarta - Dengan sumber daaya alam yang melebih Singapura dan Malaysia, pariwisata Indonesia masih tertinggal. Ada  tumpukan permasalahan mulai koordinasi hingga infrastruktur. Tahun ini  Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu menargetkan bisa merebut 8,9 juta wisatawan. Bagaimana itu akan dicapai dan bagaimana Marie Elka menjawab tantangan untuk menunjukan 15 tempat tujuan wisata lainnya selain Bali? Berikut  perbincangan Doddy Rosadi denan Marie Elka Pangestu dalam wawancara Kerjasama KBR68H, PortalKBR dan Tempo TV.

Semester pertama sudah lewat, dari enam bulan pertama ini apakah anda sudah melihat gambaran target 8,9 juta wisman tercapai?

Iya mudah-mudahan. Kita punya angka sampai bulan April, sementara pertumbuhannya sekitar 6 persen. Kalau pertumbuhannya 6 persen harusnya sekitar 8,6 juta tercapai dan biasanya di bulan-bulan ini peak season dan di akhir tahun jumlahnya lebih tinggi. Semoga dengan peak season yang kita kejar bisa mencapai 8,9 juta.

Daerah tujuan wisata yang paling banyak dikunjungi sampai bulan April apakah masih Bali atau ada daerah-daerah lain?

Memang masih Bali. Tetapi ada beberapa daerah yang juga mendapat kunjungan yang meningkat, yaitu Jakarta, Batam, dan Bintan. Tapi di luar itu Bandung dan Makasar juga mengalami peningkatan.

Selama ini apakah sudah ada upaya dari pemerintah untuk mengenalkan bahwa Indonesia bukan hanya Bali?

Iya tantangan dari semua menteri pariwisata sekarang dan sebelumnya adalah bagaimana kita promosi Bali and Beyond. Kita akui Bali ini ikon, kita tidak pernah berhenti mengakui bahwa Bali adalah ikon, tapi bagaimana kita menumbuhkan ikon-ikon yang lain. Untuk sementara kita sudah memilih 16 destinasi, termasuk Bali yang akan kita dorong dalam satu paket promosi kemana-mana itu termasuk Lombok, Yogyakarta, Danau Toba, Toraja, dan beberapa tempat khusus diving seperti Wakatobi, Derawan, Raja Ampat. Jadi ada 16 tempat yang kita terus menerus kita dorong untuk dilakukan promosi dan kita punya program istilahnya Fam Trip yaitu mengajak operator media dari luar untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut, sekarang secara khusus kita tidak membawa mereka lagi ke Bali.

Bulan lalu di Sumatera Barat ada Tour De Singkarak. Seberapa besar pengaruhnya ajang olahraga internasional ini bisa menarik turis ke Indonesia?

Kelihatannya mempunyai dampak sekitar 7-10 persen peningkatan kunjungan ke Sumatera Barat dari dalam negeri maupun luar negeri. Apa kaitannya antara suatu event olahraga seperti Tour De Singkarak kepada kunjungan, orang melihat Tour De Singkarak begitu heboh diberitakan ada di televisi kemudian mereka mengunjungi beberapa tempat di Sumatera Barat, karena kelihatan alamnnya pasti akan terbangun rasa ingin tahu. Karena dilakukan program Tour De Singkarak itu ada dua keuntungan besar, satu koordinasi antarkabupaten yang terjadi, kedua infrastruktur jalannya untuk sepeda melewati itu harus diperbaiki.

Kalau kita lihat Malaysia punya ajang olahraga internasional Formula 1, Singapura sering ada turnamen golf tingkat internasional. Kita selain Tour De Singkarak apakah ada rencana lain event olahraga besar yang bisa menarik wisatawan asing?

Iya golf misalnya ada Indonesia Open. Itu juga tidak hanya kita khususkan untuk golf tourism, tapi juga secara umum. Karena banyak sekali orang yang menonton turnamen golf di televisi itu selamanya kita bisa menjamin media internasional yang meliput. Kemudian Tour De Singkarak kita harapkan bisa kita tingkatkan lebih tinggi lagi dan ada beberapa daerah yang menginginkan tour lainnya. Kemudian ada satu yang akan dilaksanakan tahun depan yaitu Asia Pacific Hash Harriers, tahun lalu melakukan World Hash Harriers di Borobudur dan Prambanan. Itu suksesnya luar biasa sehingga mereka memutuskan untuk bikin Asia Pacific Hash Harriers di Bali dan Flores. Tahun ini kita akan mulai juga Jakarta Marathon, kalau triathlon dan cycling di Bintan.

Sebenarnya dari pemerintah lebih memilih jumlah wisatawan lebih banyak atau tidak terlalu banyak tapi tinggalnya lebih lama?

Sebenarnya dua-duanya karena Indonesia begitu banyak yang dilihat dan dilakukan. Kita mempunyai dua strategi yang kita sebut sebagai mass tourism, jadi tempat-tempat yang bisa menampung pengunjung dalam jumlah yang cukup banyak seperti Jakarta, Bali, Lombok, Yogyakarta, bahkan Medan. Tapi kita juga mengejar kualitas daripada wisman itu juga meningkat, artinya longer stay and higher spending.  Longer stay itu Bali-Yogyakarta atau Bali-Lombok, jadi datang ke beberapa tempat, bahkan dari Eropa itu rata-rata dua minggu. Higher spending jenis tourism-nya, seperti golf tourism itu stay lima hari tapi spending dua kali lebih banyak daripada rata-rata. Jadi ini yang kita kejar bagaimana kita meningkatkan spending yang mereka lakukan. 


Sekarang mulai marak wisata ekologi seperti di Desa Sarongge ini, apakah sudah mulai dipromosikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif? 


Sudah mulai, kita sedang menyiapkan dan bahkan kita akan mengadakan event besar di bulan Oktober sekitar pertemuan APEC untuk mempromosikan sustainable tourism Indonesia. Kita tengah menyiapkan apa yang menjadi standar, karena kita ingin berbicara tidak hanya ecotourism sebagai label tapi bahwa kita sudah memikirkan sebetulnya standar yang dimaksud ecotourism seperti apa. Sebetulnya di Indonesia sudah ada beberapa resort dan area yang sudah dikembangkan sebagai ecotourism tapi hanya orang-orang tertentu yang tahu mengenai resort itu.

Dimana saja itu?

Tanjung Puting, Menjangan, Pemuteran, di Wakatobi juga ada resort yang sustainable dan ecotourism juga tapi mereka sangat esklusif. Ini bagaimana kita membuatnya ada yang memang eksklusif tapi ada juga yang seperti kampung Sarongge ini yang lebih bisa dinikmati oleh banyak masyarakat. Ini yang ingin kita kembangkan dan kita percaya bahwa Indonesia itu sebetulnya secara alamiah kita itu sudah mempraktikkan sustainability dari nenek moyang kita. Kearifan lokal yang harus dikembalikan, karena di sunda dan Bali pun manusia bersatu dengan alam, karena dari alam kita mendapat kehidupan apakah itu tanaman, udara, ikan kalau di laut dan kita harus menjaga agar tidak over fishing itu sudah kearifan lokal. Jadi tidak sulit menurut saya untuk kita kembalikannya kepada kearifan lokal,  tapi bagaimana itu menjadi berkelanjutan.

Selain pariwisata kementerian anda juga bertanggung jawab untuk industri kreatif salah satunya perfilman. Kalau kita lihat di masa liburan ini film-film Indonesia sekarang tergusur oleh film-film Hollywood yang lebih banyak jumlah penontonnya. Apa upaya pemerintah untuk melindungi perfilman nasional dari gempuran film-film asing?

Film Indonesia sebetulnya dari tahun ke tahun berkembang. Tidak benar 100 persen bahwa tergusur, sebenarnya datanya meningkat dalam 10 tahun terakhir. Kalau 10 tahun yang lalu hanya 20 persen film yang ditonton dari film Indonesia, sekarang sudah 40 persen. Tahun ini kita berharap ada 100 film Indonesia yang diproduksi, tapi kita harus mendukung dan menciptakan iklim yang kondusif supaya film-film Indonesia terus meningkat dari segi kualitas variasi tema dan tentunya bagaimana kualitas dari produksinya, aktingnya, skripnya sehingga bisa bersaing dengan Hollywood.

Ada beberapa sineas Hollywood akan membuat film di Indonesia. Masalah perizinan dan lainnya apakah akan dipermudah untuk sineas asing untuk membuat film di Indonesia?

Dipermudah dalam arti kementerian kami bertindak sebagai one stop service. Jadi kita yang memfasilitasi dengan daerah izin-izinnya dan juga kementerian yang lain, imigrasi, bea cukai, misalnya kalau mau bikin film di Borobudur harus berkoordinasi dengan Kemdikbud karena itu cagar budaya. Jadi ini bagian dari tugas yang kita lakukan dan alhamdulillah tahun lalu ada sekitar tiga film yang sudah premier, bulan Agustus ini juga akan ada merger film Hollywood dari sutradara terkenal Michael Mann yang akan melakukan scene terakhirnya di Jakarta. Yang menarik dari apa yang mereka sampaikan Indonesia itu secara natural sangat menarik, jadi Jakarta sebagai kota tidak usah diapa-apakan mereka sudah menemukan warna kombinasi arsitektur yang dia inginkan.

Ditengah aktivitas anda sebagai menteri masih ada waktu untuk menyaksikan film atau membaca novel?

Itulah indahnya jadi  Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif saya nonton film kan bekerja. Jadi saya setiap minggu nonton film apakah diundang untuk premier atau rekomendasi.

Film terakhir yang anda tonton?

Sang Kyai.

Dari Sang Kyai yang anda lihat bagaimana perkembangan film Indonesia? apakah sudah ada kemajuan?
 
Kalau Sang Kyai saya lihat film yang bagus tapi berat dan risetnya luar biasa, itu dua tahun risetnya. Jadi skrip film itu memerlukan riset yang bagus dan mendalam.

Dua tahun lalu film The Raid ini film Indonesia pertama yang bisa menembus dua puluh besar di Amerika. Menurut anda apakah film-film lain bisa menyaingi kesuksesan The Raid di luar negeri?

Bisa karena The Raid membuktikan bisa. The Raid ini sedang membuat sekuelnya The Raid 2, diharapkan itu juga bisa sukses dan kita harap ada film-film Indonesia yang lain. Yang sedang saya dorong adalah The Raid 2, ini co-production antara luar dan dalam negeri.

  • pariwisata
  • mari pangestu
  • bali
  • promosi
  • wisatawan mancanegara

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!